tanggal 5 mei kemarin adalah hari ulang tahunku. hari dimana seharusnya aku bisa bergembira dengan semua orang yang aku sayang. aku memang gembira hari itu. bahkan beberapa hari sebelumnya pun telah penuh dengan suka cita. aku bisa berkumpul dengan semua teman-temanku, walau hanya dengan makan malam sederhana yang disiapkan ibuku di rumah, tapi itu semua tidak mengurangi semua kegembiraan. semua ucapan dan kado yang mereka berikan kepadaku semakin menambah kegembiraanku beberapa hari kemarin.
tapi entah mengapa aku masih saja merasa ada yang kurang. entah apa. tapi aku merasa ada yang tidak biasa di ulangtahunku kali ini. awalnya ku anggap itu hanya perasaanku saja hingga aku benar-benar tersadar jika memang ada 1 hal yang terlupa. bukan sebuah kado ataupun kedatangan seseorang di ulangtahunku. tapi 1, hingga hari ini aku belum mendapatkan ucapan ulangtahun dari ibuku. ironis memang. aku tinggal seatap dengannya, bahkan tidur 1 ranjang dengannya, tapi saat hari istimewaku itu, tidak 1 pun ucapan kudapatkan darinya. bukan karena ia tidak mau mengucapkan kepadaku atau ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir. justru karena aku yang terlalu sibuk dengan semua urusanku sendiri.
hari itu, saat aku menyadari kebodohanku...
hari itu 6 mei yang lalu seharusnya aku kembali ke Semarang karena keesokan harinya aku harus mengikuti ujian mid semester di kampusku. seharusnya aku berangkat dengan kereta pagi, tapi karena aku tidur terlalu malam sehingga paginya aku telat bangun dan bisa ditebak jika aku ketinggalan kereta. ini memang bukan pertama kalinya aku ketinggalan kereta, tapi justru moment inilah yang akhirnya membuka mataku tentang segalanya. tentang semua hal yang sampai kini aku sesali dan coba untuk perbaiki.
hari itu akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke Semarang dengan kereta pada malam harinya. dan karena aku masih punya waktu beberapa jam hingga keberangkatanku, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu seharian di luar rumah bersama dengan seseorang yang memang sedang dekat denganku belakangan ini. aku akui memang aku yang salah, karena bukannya menyiapkan kepulanganku nanti malam, aku malah bersenang-senang. hari itu aku berkeliling salah satu pusat perbelanjaan di kotaku, makan siang di tempat favoritku, menonton salah satu film bioskop yang baru saja keluar, dan mencari parfum. aku tidak ingat waktu hingga ibuku menghubungiku via ponsel. ia mengingatkanku. tak hanya mengingatkanku akan kepulanganku, tapi juga mengingatkanku tentang semua kebodohanku.
ibuku : "kamu dimana sa?"
aku : "lagi di mall. kenapa mam??"
ibuku : "kamu jadi pulang ga sih hari ini??" (sambil menghela nafas panjang)
aku : "jadi lah!"
ibuku : "terus kenapa kamu belom berangkat sekarang?? bukannya siap2 malah keluyuran. ntar kalo ketinggalan kereta gimana?""
aku : "iya ini juga mau pulang, langsung berangkat."
(ibuku terdiam sejenak, kemudian...)
ibuku : "kamu jangan bikin khawatir orangtua kenapa?"
aku : "iya..yha pulang sekarang!"
ibuku : "kamu tu sekarang jadi sibuk sendiri. ga ada waktu buat keluarga. ibu tuh sedih mikirin kamu."
(kali ini aku yang terdiam...)
ibuku : "ibu tu ga minta macem2 dari kamu, cuma minta kamu nurut aja. jangan sibuk sendiri, sampe ibu mau ngucapin selamat ulangtahun aja ga bisa."
Ya Tuhan...semua ucapan ibuku benar-benar menyadarkan aku. 1 hal itu adalah ucapan dari ibuku. bukan sekedar ucapan, tapi juga doa. walaupun aku tau ia akan selalu mendoakanku setiap waktu, tapi aku membutuhkan doanya langsung dihadapanku. seperti yang biasa ia lakukan di setiap ulangtahunku. tapi tahun ini aku melupakannya, hanya karena semua urusan sepeleku. Mendengar semua ucapannya membuatku sadar jika aku telah mengecewakannya. hal yang sejak dulu kuhindari tapi sekarang malah kulakukan. ampuni aku Tuhan karena telah membuat ibuku kecewa.
mungkin tidak ada yang menyadari perubahan sikapku saat itu karena aku memang berusaha menyembunyikannya sendiri. aku tidak ingin yang lain tau bagaimana galaunya perasaanku saat itu. setelah ibuku menelpon. aku akhirnya benar-benar minta pulang dan minta di antar ke stasiun untuk mengejar keretaku. aku tidak ingin membuat kecewa ibuku lagi. begitu tekadku dalam hati. dirumah aku berkemas sebentar untuk kemudian aku berpamitan kepada orang2 rumahku karena aku akan kembali ke Semarang. saat itu pula aku menyadari, aku berangkat tanpa bisa berpamitan langsung kepada ibuku karena ia masih di kantor. hatiku bertambah galau. aku memang sempat menelponnya ketika akan berangkat, tapi tanpa doa dari ibuku rasanya aku tidak tenang bepergian jauh. hal itupun aku sampaikan pada temanku yang kebetulan mengantarku ke stasiun saat itu, tapi ia berusaha menenangkanku tanpa tau apa yang sebenarnya membuatku tidak tenang.
aku melalui perjalanan malam itu dengan was-was. hatiku kacau. aku masih memikirkan semua kata-kata ibuku. tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya agar tidak mengganggu ujianku esok hari. aku memang berhasil untuk sejenak melupakannya, namun aku semuanya kembali setelah aku mendengar pengakuan jujur dari kakak iparku tentang semua kekecewaan ibuku yang ditumpahkan kepadanya. aku benar-benar tidak menyangka jika aku telah membuat luka yang sedemikian parah untuk ibuku. maafkan aku ibu..!! aku benar-benar tidak ingin membuatmu kecewa. jika aku tau semua perbuatanku akan melukaimu, mungkin dari dulu aku berpikir dulu sebelum melakukannya.
hari itu aku sedang menunggu dosen untuk bimbingan skripsiku di kampus. karena aku jenuh, aku berusaha membunuh waktu dengan menelpon revi, kakak iparku yang kebetulan tinggal serumah denganku. awalnya kami hanya membicarakan masalah biasa dan seputar keponakanku yang sedang lucu-lucunya, hingga tanpa sengaja ia bicara tentang semua kekecewaan ibuku kepadaku beberapa waktu belakangan ini. hal yang hingga kini benar-benar membuatku merasa sesak dan berdosa tiap teringat semuanya.
aku : "woy, lagi ngapain lo??"
revi : "lagi main nih sama xavy (keponakanku). lagi dimana lo??"
aku : "kampus nih, sendirian. nungguin dosen."
revi : "kapan lo balik lagi ke depok?"
aku : "belom tau, mudah2an aja minggu depan bisa balik lagi."
revi : "ah..bolak/i mulu lo!"
aku : "biarin aja."
revi : "disana ujan ga? disini ujan deres nih!"
aku : "gue lupa kapan Semarang terakhir ujan. tumben depok ujan. kemaren2 gue disana ga ujan."
revi : "males kali ujannya ma lo!"
aku : "ujannya tau gue lagi di depok, makanya dia ga turun, biar gue bisa kelayapan. he3.."
revi : "parah lo kelayapan mulu. nyokap lo noh kasian!"
aku : "emang nyokap kenapa?"
revi : "kemaren nyokap cerita ke gue sambil nangis."
(hatiku terasa kembali di tohok, ya Tuhan, aku telah membuat ibuku menangis...)
aku : "nangis kenapa?"
revi : "dia bilang lo dah berubah. bukan lo yang dulu lagi. sekarang lo bener2 sibuk ma diri lo sendiri sampe2 nyokap mau ngucapin met ultah aja ga bisa."
aku : "ah lebay lo" (masih berusaha untuk santai menanggapinya)
revi : "ngapain gue boong. gue aja kaget nyokap bilang kayak gitu. lo tau sendiri nyokap lo selama ini ga pernah cerita ma gue. tapi dia mau cerita sama siapa lagi coba? lo yang biasa jadi tempat curhat nyokap sekarang kayak gitu. mau curhat sama dyah (adikku) mana dyah ngerti. nyokap ngerasa lo dah ga peduli lagi sama dia gara2 lo lebih mentingin urusan lo n temen2 lo daripada nyokap. nyokap cuma mau ngobrol sama lo doank, tapi jangankan ngobrol, ketemu lo aja sekarang susah banget. makanya lo jangan kelayapan mulu."
(aku benar2 tidak bisa bicara, kerongkonganku terasa tercekat...)
revi : "lo tau ga? nyokap sampe bilang gini sama gue."
aku : "bilang apa?"
revi : "annisa sekarang udah punya temen2nya. mereka udah ngambil annisa dari ibu."
(lidahku kembali kelu tanpa bisa berucap sepatah katapun...)
revi : "gue ga tega aja liat nyokap cerita kayak gitu sambil nangis ke gue. gue yang bukan anaknya aja sedih denger nyokap ngomong kayak gitu."
aku mendapat tamparan keras saat itu. Tuhan..aku telah membuat ibuku menangis karena kebodohanku. ampuni aku Tuhan karena kurang meluangkan waktu untuknya. ampuni aku karena telah membuat ibuku menangis. saat itu tidak ada yang bisa kulakukan selain menutup telpon itu. aku tidak akan sanggup jika harus mendengar lebih banyak lagi. airmata sudah menggenang di pelupuk mataku , menunggu untuk terjatuh. hari itu aku memutuskan untuk pulang, membatalkan semua niatku untuk bertemu dengan dosen dan memulai bimbingan skripsiku. aku berlari pulang ke kost dan menangis sejadi2nya. mungkin tangisanku tidak ada artinya dibanding dengan semua airmata yang telah tertumpah dari mata ibuku karena semua kebodohanku. maafkan aku ibu..!! berikan aku kesempatan untuk menebus semuanya. aku berjanji akan kembali menjadi gadis kecilmu yang selalu ada di dekatmu kapanpun kau butuh.
tapi entah mengapa aku masih saja merasa ada yang kurang. entah apa. tapi aku merasa ada yang tidak biasa di ulangtahunku kali ini. awalnya ku anggap itu hanya perasaanku saja hingga aku benar-benar tersadar jika memang ada 1 hal yang terlupa. bukan sebuah kado ataupun kedatangan seseorang di ulangtahunku. tapi 1, hingga hari ini aku belum mendapatkan ucapan ulangtahun dari ibuku. ironis memang. aku tinggal seatap dengannya, bahkan tidur 1 ranjang dengannya, tapi saat hari istimewaku itu, tidak 1 pun ucapan kudapatkan darinya. bukan karena ia tidak mau mengucapkan kepadaku atau ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir. justru karena aku yang terlalu sibuk dengan semua urusanku sendiri.
hari itu, saat aku menyadari kebodohanku...
hari itu 6 mei yang lalu seharusnya aku kembali ke Semarang karena keesokan harinya aku harus mengikuti ujian mid semester di kampusku. seharusnya aku berangkat dengan kereta pagi, tapi karena aku tidur terlalu malam sehingga paginya aku telat bangun dan bisa ditebak jika aku ketinggalan kereta. ini memang bukan pertama kalinya aku ketinggalan kereta, tapi justru moment inilah yang akhirnya membuka mataku tentang segalanya. tentang semua hal yang sampai kini aku sesali dan coba untuk perbaiki.
hari itu akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke Semarang dengan kereta pada malam harinya. dan karena aku masih punya waktu beberapa jam hingga keberangkatanku, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu seharian di luar rumah bersama dengan seseorang yang memang sedang dekat denganku belakangan ini. aku akui memang aku yang salah, karena bukannya menyiapkan kepulanganku nanti malam, aku malah bersenang-senang. hari itu aku berkeliling salah satu pusat perbelanjaan di kotaku, makan siang di tempat favoritku, menonton salah satu film bioskop yang baru saja keluar, dan mencari parfum. aku tidak ingat waktu hingga ibuku menghubungiku via ponsel. ia mengingatkanku. tak hanya mengingatkanku akan kepulanganku, tapi juga mengingatkanku tentang semua kebodohanku.
ibuku : "kamu dimana sa?"
aku : "lagi di mall. kenapa mam??"
ibuku : "kamu jadi pulang ga sih hari ini??" (sambil menghela nafas panjang)
aku : "jadi lah!"
ibuku : "terus kenapa kamu belom berangkat sekarang?? bukannya siap2 malah keluyuran. ntar kalo ketinggalan kereta gimana?""
aku : "iya ini juga mau pulang, langsung berangkat."
(ibuku terdiam sejenak, kemudian...)
ibuku : "kamu jangan bikin khawatir orangtua kenapa?"
aku : "iya..yha pulang sekarang!"
ibuku : "kamu tu sekarang jadi sibuk sendiri. ga ada waktu buat keluarga. ibu tuh sedih mikirin kamu."
(kali ini aku yang terdiam...)
ibuku : "ibu tu ga minta macem2 dari kamu, cuma minta kamu nurut aja. jangan sibuk sendiri, sampe ibu mau ngucapin selamat ulangtahun aja ga bisa."
Ya Tuhan...semua ucapan ibuku benar-benar menyadarkan aku. 1 hal itu adalah ucapan dari ibuku. bukan sekedar ucapan, tapi juga doa. walaupun aku tau ia akan selalu mendoakanku setiap waktu, tapi aku membutuhkan doanya langsung dihadapanku. seperti yang biasa ia lakukan di setiap ulangtahunku. tapi tahun ini aku melupakannya, hanya karena semua urusan sepeleku. Mendengar semua ucapannya membuatku sadar jika aku telah mengecewakannya. hal yang sejak dulu kuhindari tapi sekarang malah kulakukan. ampuni aku Tuhan karena telah membuat ibuku kecewa.
mungkin tidak ada yang menyadari perubahan sikapku saat itu karena aku memang berusaha menyembunyikannya sendiri. aku tidak ingin yang lain tau bagaimana galaunya perasaanku saat itu. setelah ibuku menelpon. aku akhirnya benar-benar minta pulang dan minta di antar ke stasiun untuk mengejar keretaku. aku tidak ingin membuat kecewa ibuku lagi. begitu tekadku dalam hati. dirumah aku berkemas sebentar untuk kemudian aku berpamitan kepada orang2 rumahku karena aku akan kembali ke Semarang. saat itu pula aku menyadari, aku berangkat tanpa bisa berpamitan langsung kepada ibuku karena ia masih di kantor. hatiku bertambah galau. aku memang sempat menelponnya ketika akan berangkat, tapi tanpa doa dari ibuku rasanya aku tidak tenang bepergian jauh. hal itupun aku sampaikan pada temanku yang kebetulan mengantarku ke stasiun saat itu, tapi ia berusaha menenangkanku tanpa tau apa yang sebenarnya membuatku tidak tenang.
aku melalui perjalanan malam itu dengan was-was. hatiku kacau. aku masih memikirkan semua kata-kata ibuku. tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya agar tidak mengganggu ujianku esok hari. aku memang berhasil untuk sejenak melupakannya, namun aku semuanya kembali setelah aku mendengar pengakuan jujur dari kakak iparku tentang semua kekecewaan ibuku yang ditumpahkan kepadanya. aku benar-benar tidak menyangka jika aku telah membuat luka yang sedemikian parah untuk ibuku. maafkan aku ibu..!! aku benar-benar tidak ingin membuatmu kecewa. jika aku tau semua perbuatanku akan melukaimu, mungkin dari dulu aku berpikir dulu sebelum melakukannya.
hari itu aku sedang menunggu dosen untuk bimbingan skripsiku di kampus. karena aku jenuh, aku berusaha membunuh waktu dengan menelpon revi, kakak iparku yang kebetulan tinggal serumah denganku. awalnya kami hanya membicarakan masalah biasa dan seputar keponakanku yang sedang lucu-lucunya, hingga tanpa sengaja ia bicara tentang semua kekecewaan ibuku kepadaku beberapa waktu belakangan ini. hal yang hingga kini benar-benar membuatku merasa sesak dan berdosa tiap teringat semuanya.
aku : "woy, lagi ngapain lo??"
revi : "lagi main nih sama xavy (keponakanku). lagi dimana lo??"
aku : "kampus nih, sendirian. nungguin dosen."
revi : "kapan lo balik lagi ke depok?"
aku : "belom tau, mudah2an aja minggu depan bisa balik lagi."
revi : "ah..bolak/i mulu lo!"
aku : "biarin aja."
revi : "disana ujan ga? disini ujan deres nih!"
aku : "gue lupa kapan Semarang terakhir ujan. tumben depok ujan. kemaren2 gue disana ga ujan."
revi : "males kali ujannya ma lo!"
aku : "ujannya tau gue lagi di depok, makanya dia ga turun, biar gue bisa kelayapan. he3.."
revi : "parah lo kelayapan mulu. nyokap lo noh kasian!"
aku : "emang nyokap kenapa?"
revi : "kemaren nyokap cerita ke gue sambil nangis."
(hatiku terasa kembali di tohok, ya Tuhan, aku telah membuat ibuku menangis...)
aku : "nangis kenapa?"
revi : "dia bilang lo dah berubah. bukan lo yang dulu lagi. sekarang lo bener2 sibuk ma diri lo sendiri sampe2 nyokap mau ngucapin met ultah aja ga bisa."
aku : "ah lebay lo" (masih berusaha untuk santai menanggapinya)
revi : "ngapain gue boong. gue aja kaget nyokap bilang kayak gitu. lo tau sendiri nyokap lo selama ini ga pernah cerita ma gue. tapi dia mau cerita sama siapa lagi coba? lo yang biasa jadi tempat curhat nyokap sekarang kayak gitu. mau curhat sama dyah (adikku) mana dyah ngerti. nyokap ngerasa lo dah ga peduli lagi sama dia gara2 lo lebih mentingin urusan lo n temen2 lo daripada nyokap. nyokap cuma mau ngobrol sama lo doank, tapi jangankan ngobrol, ketemu lo aja sekarang susah banget. makanya lo jangan kelayapan mulu."
(aku benar2 tidak bisa bicara, kerongkonganku terasa tercekat...)
revi : "lo tau ga? nyokap sampe bilang gini sama gue."
aku : "bilang apa?"
revi : "annisa sekarang udah punya temen2nya. mereka udah ngambil annisa dari ibu."
(lidahku kembali kelu tanpa bisa berucap sepatah katapun...)
revi : "gue ga tega aja liat nyokap cerita kayak gitu sambil nangis ke gue. gue yang bukan anaknya aja sedih denger nyokap ngomong kayak gitu."
aku mendapat tamparan keras saat itu. Tuhan..aku telah membuat ibuku menangis karena kebodohanku. ampuni aku Tuhan karena kurang meluangkan waktu untuknya. ampuni aku karena telah membuat ibuku menangis. saat itu tidak ada yang bisa kulakukan selain menutup telpon itu. aku tidak akan sanggup jika harus mendengar lebih banyak lagi. airmata sudah menggenang di pelupuk mataku , menunggu untuk terjatuh. hari itu aku memutuskan untuk pulang, membatalkan semua niatku untuk bertemu dengan dosen dan memulai bimbingan skripsiku. aku berlari pulang ke kost dan menangis sejadi2nya. mungkin tangisanku tidak ada artinya dibanding dengan semua airmata yang telah tertumpah dari mata ibuku karena semua kebodohanku. maafkan aku ibu..!! berikan aku kesempatan untuk menebus semuanya. aku berjanji akan kembali menjadi gadis kecilmu yang selalu ada di dekatmu kapanpun kau butuh.
0 komentar:
Posting Komentar