Senin, 29 September 2014

Janda

Minggu lalu, tepatnya hari Jum'at sepulang kerja saat gue sedang makan malam sama nyokap, nyokap cerita soal kejadian ga ngenakin yang terjadi di kantornya yang bermula dari candaan seorang teman kantornya yang menyinggung status nyokap yang sekarang Janda. Entah dari pembicaraan apa awalnya, tiba2 saat akan meninggalkan ruangan nyokap, rekan kerjanya ini mengeluarkan celetukan, bernada tidak sopan.

"Ayo cepetan pergi yuk!! Jangan lama2 disini, males aku sama si Janda itu!!"

Si rekan kerjanya ini bicara seperti itu sambil cengar/i dan sambil menunjuk2 ke arah nyokap. Menurut pengakuan nyokap, ini bukan yang pertama kalinya dia bicara seperti itu. Awalnya nyokap masih bisa sabar karena memang menganggap itu sebagai sebuah candaan, tapi setelah beberapa kali terulang, nyokap jadi merasa kata2 itu cenderung sudah menghinanya.

Saat itu nyokap langsung menegur rekan kerjanya ini dengan bilang kalau becanda jangan keterlaluan, apalagi pakai bawa2 status seseorang. Orang yang ditegur malah menjawab dengan santai masih dengan cengar/i kalau apa yang dikatakannya tidak salah karena nyokap memang janda. Nyokap kemudian bilang "Ya memang saya Janda, Pak. Tapi saya jadi Janda juga bukan karena mau saya, tapi maunya Allah. Saya Janda juga tidak pernah merugikan orang lain, kenapa Bapak menghina saya terus??" Setelah itu nyokap cuma bisa nangis dan akhirnya istirahat di mushola kantornya karena tidak ingin ditanya apa alasan dia menangis.

Gue yang denger cerita nyokap saat itu cuma bisa gemes. Seandainya gue dikasih kesempatan untuk ketemu sama orang yang menghina nyokap, gue pasti akan melakukan hal yang sama. Gue akan menegur orang itu dan menanyakan apa alasannya dia bisa bicara seperti itu. Kalau memang konteksnya hanya becanda, sangat tidak pantas kata2 seperti itu keluarkan oleh orang yang berpendidikan.

Ya mungkin status Janda di masyarakat kita sering jadi momok yang dianggap sebagai wanita murahan penggoda suami orang, sehingga dengan gampangnya banyak orang becanda soal status Janda orang lain tanpa memikirkan perasaan orang yang bersangkutan. Contoh nyatanya banyak, bahkan ada sebuah stasiun TV swasta yang selalu menayangkan acara musik yang para presenternya selalu becanda dengan menggunakan status Janda artis lain, bahkan setelah artis yang dihina tersebut menegur secara langsung dan acara tersebut juga ditegur berkali2 oleh KPI karena alasan yang sama, mereka juga tetap melakukan hal seperti itu lagi.

Buat gue sih status seseorang bukan buat bahan becandaan, coba deh kalo lo yang ngalamin sendiri apa ga sakit hati?? Dalam kasus nyokap, selain merasa terhina, candaan tersebut juga akan membangkitkan luka lama dan memori nyokap saat bokap meninggal dunia. Dampak psikologis di belakang candaan itu bisa jadi sangat besar. Lagian apa untungnya juga untuk orang lain yang mengeluarkan candaan itu?? Kalo biar dianggap lucu, NO!!! That's not funny at all. Orang2 yang becandanya kayak gitu malah jadi keliatan (maaf) tolol dan sama sekali ga berpendidikan.

Gue ngetik tulisan ini masih dengan perasaan sakit hati ke orang yang menghina nyokap. Suatu saat kalo gue ketemu sama orang itu, gue akan pastikan dia akan minta maaf ke nyokap dan berjanji ga bakal ngulangin perbuatannya lagi. Gue ga peduli dia lebih tua dari gue atau dia atasannya nyokap sekalipun, kalo becandaannya sudah ga pantas seperti itu ya memang harus ditegur. Apa salahnya jadi Janda?? Toh nyokap Janda yang ditinggal meninggal dunia suaminya, bukan orang yang jadi Janda karena diceraikan suaminya gara2 ketauan selingkuh atau berzina dengan orang lain.

Sekali lagi gue sih cuma mau bilang aja, ati2 sama semua yang lo omongin. Mulutmu harimau-mu. Jangan sampai perkataan yang keluar dari mulut lo jadi dosa buat diri lo sendiri karena sudah menyakiti hati orang lain. Dari perkataan lo juga keliatan seberapa kualitas diri lo. Kalo mau dianggap pintar, berpikirlah dulu sebelum berucap. Jangan sampai asal jeplak tapi dibelakangnya menyisakan penyesalan dan masalah.