Selasa, 21 Januari 2014

Bukan Sekedar Sahabat

Teringat saat ayahku terbaring dalam kondisi komanya bulan April tahun lalu. Aku berusaha menguatkan diriku sendiri sampai aku tersadar ternyata masih ada yang peduli padaku. Tanpa aku minta, sekali lagi dia berdiri di hadapanku malam itu. Menghiraukan kelelahannya sendiri demi menunjukkan padaku jika dia selalu ada saat aku butuh. Sekali lagi dia buktikan jika dia ada di saat2 tergenting dalam hidupku. Di saat orang2 yang mengaku paling dekat denganku justru tidak ada disampingku saat itu.

Berusaha keras aku tidak menangis atau mengeluh sedikit pun malam itu, karena aku ingin menunjukkan kepadanya bahwa aku baik2 saja. Aku tidak ingin keberadaannya disana malah melemahkanku. Aku berterima kasih padanya dengan cara sederhanaku. Tidak menangis selama menghadapi semuanya walau sebenarnya sudah ingin kulepaskan tangisku dipundaknya saat dia datang. Mungkin dia tahu jika berusaha keras menyembunyikan tangisku malam itu.

Sudah banyak keluh kesah dan airmata yang kubagi dengannya. Selama itu pula dia setia mendengarkanku. Mendampingiku walau banyak teman2nya yang mempertanyakan itu. Dia sudah menunjukkan seberapa pentingnya aku untuknya. Sama seperti seberapa pentingnya dia bagiku. Kami terikat satu sama lain dalam hubungan istimewa yang kadang tidak di mengerti oleh banyak orang.

Sudah banyak yang bertanya apakah aku punya perasaan lebih untuknya?? Yang seperti biasa hanya kujawab dengan tawa. Yang akan dia jawab pula dengan cara yang sama saat mendapatkan pertanyaan serupa. Mungkin banyak yang tidak percaya, tapi kami bisa saling memiliki tanpa melibatkan rasa cinta. Yang kami punya hanya ketulusan seorang sahabat yang sudah teruji oleh banyaknya peristiwa. Dan kini dia bukan hanya sekedar sahabat buatku, tapi keluarga. Keluarga yang sebenarnya.

Dan ada juga mereka, 2 orang yang sejak awal sudah kuanggap melebihi kakakku sendiri. Mereka juga sudah teruji selalu ada disampingku. Di detik2 terakhir hidup ayahku, mereka ada disana. Berbagi duka denganku saat itu. Mereka melengkapi dan mengisi kekosongan yang aku rasakan dalam keluarga selama ini. Membuatku merasa punya sebuah keluarga yang utuh.

Banyak orang yang merendahkanku karena status sosial atau keadaan ekonomiku. Tapi mereka berdua, yang terbilang memiliki segalanya, tidak pernah membandingkanku sedikitpun. Mereka menganggapku sama seperti mereka. Mereka menerimaku tulus tanpa melihat apakah aku sederajat dengan mereka atau tidak. Saat bersama mereka aku benar2 dipandang sebagai manusia yang sama, tidak seperti kebanyakan orang yang hanya menilai dari harta.

Mungkin aku tidak punya banyak harta, pekerjaan yang mapan, atau status sosial yang tinggi. Tapi aku punya mereka. 3 orang yang selalu memberiku semangat tanpa henti. Orang2 yang selalu mengingatkanku agar aku bisa terus bersyukur pada keadaanku seburuk apapun itu. Karena seburuk apapun aku, aku yakin akan tetap ada mereka yang bisa menerimaku tanpa syarat apapun.

Kamis, 16 Januari 2014

Berdialog Dengan Tuhan

Tuhan, ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padaMu. Mengapa Kau seolah tidak pernah mendengar doaku, Tuhan?? Kau terus mengujiku tanpa memberiku sedikit jeda. Aku tidak ingin mengeluh, tapi aku sudah sangat lelah.

Sudah banyak hal buruk yang aku lalui dan aku coba terima dengan lapang dada. Tapi itu semua tidak juga mengubah apapun. Aku tetap pada keadaanku saat ini. Sangat rendah, nyaris hina. Makin terbiasa oleh injakan orang2 yang meremehkanku karena keadaanku.

Ada beberapa saat Kau tunjukkan kepadaku bahwa Kau pun memberikan situasi yang nyaris sama pada orang2 terdekatku. Tapi tetap saja keadaan mereka tidak seburuk aku. Mereka masih punya banyak hal yang tidak aku punya, yang selama ini aku selalu pinta padaMu tapi belum juga Kau berikan.

Sejujurnya aku iri pada mereka, Tuhan. Tapi aku tidak ingin menganggapMu bersikap tidak adil padaku. Aku tetap harus belajar menerima walau itu menyesakkan. Aku tahu Kau sedang mengajari dan mengasahku untuk bisa lebih kuat menghadapi hidup dibanding mereka.

Aku tahu bagaimana rasanya menghadapi semua kesedihanku sendiri saat mereka bahkan tidak ada 1 pun yang mau mengerti. Mereka hanya tahu bagaimana cara menasehatiku agar bersabar tanpa mereka tahu sudah seberapa bersabarnya aku menghadapi semuanya.

Mereka hanya bisa menasehatiku agar tidak menangis saat aku berada di kondisi tersulitku. Mereka tidak pernah tahu bagaimana rasanya ada di posisiku, di posisi terendahku. Apa mereka bisa melakukan apa yang mereka nasehatkan padaku jika berapa di posisiku??

Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri. Apa aku meminta terlalu banyak padaMu, Tuhan?? Hingga doa sederhanaku saja belum juga Kau kabulkan. Apa aku terlalu serakah meminta padaMu, Tuhan?? Aku hanya ingin bisa membuktikan kepada mereka bahwa aku bisa berguna. Itu saja.

Saat ini aku masih terus berusaha percaya padamu Tuhan, bahwa ada hal2 luar biasa yang sedang Kau siapkan untukku setelah aku bisa melalui semuanya. Kuatkan terus keyakinanku pada kebesaranMu. Dampingi aku terus, Tuhan. Buat aku percaya bahwa rencanaMu untukku kelak akan lebih hebat dari apa yang aku minta.