Ini sebenernya posting lama yang belum selesai. Gue tulis ini sejak akhir tahun 2012 lalu dan sebenarnya gue persembahkan khusus untuk bokap gue. Tapi karena pikiran gue banyak kebagi akhirnya posting ini baru bisa selesai di akhir April ini atau beberapa minggu setelah bokap ga ada. T_T
Semua orangtua pasti berharap anak2nya sukses. Selalu dapat nilai yang bagus saat sekolah, bisa diterima di PTN-PTS ternama, lulus kuliah dengan IPK tinggi, langsung dapat pekerjaan mapan di perusahaan yang bonafid dengan gaji besar, ketemu jodoh yang berasal dari keluarga terpandang kemudian menikah dan hidup bahagia. Siapa sih yang ga mau?? But life isn't that perfect. Dan itu yang gue alami.
Selesai kuliah gue ngerasain banget yang namanya susahnya cari kerja. Banyak perusahaan dan orang2 yang pernah mewawancarai gue bilang kalo background pendidikan gue ga sesuai dengan minat dan bakat gue, dan itu yang bikin gue selalu gagal cari pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan gue. Gue berakhir dengan ambil beberapa pekerjaan yang sama sekali jauh dari pendidikan gue di bidang hukum, itupun ga berlangsung lama karena idealisme gue terlalu tinggi untuk bertahan di tempat kerja yang suasana dan orang2nya ga bikin gue nyaman. Gue pernah menolak pekerjaan di salah 1 perusahaan walaupun gajinya lumayan dan kantornya dekat dengan rumah gue hanya karena gue mendengar si calon atasan mengeluarkan dirty jokes saat ngomong dengan karyawan lainnya, yang menurut gue hal itu sangat ga pantas diucapkan di kantor sekalipun suasananya akrab.
Sampai detik ini, sudah hampir 3 taun gue berstatus sebagai pengangguran. Dengan status jobless itu sudah banyak hal2 ga enak yang gue alamin. Mulai dari pihak keluarga sampai orang2 yang ga gue kenal banyak yang memandang gue sebelah mata karena status jobless itu. Sampai akhirnya gue berhasil bertahan dan ga malu dengan status jobless tersebut karena 1 alasan. Kondisi kesehatan bokap. Semenjak bokap sakit2an dan sering keluar masuk RS, gue akhirnya memutuskan untuk berhenti apply lamaran dan stay dirumah untuk jagain bokap. Dengan pilihan itu ternyata justru lebih banyak omongan miring yang masuk. Kok bisa2nya ya orangtua sakit tapi malah enak2an dirumah ga cari kerja?? Ga malu apa udah umur segitu tapi masih nganggur, apalagi bapaknya sakit2an gitu, kerja kek daripada dirumah doang!!
Pernah ada beberapa orang yang menawari gue pekerjaan dengan berbagai macam alasan. Mulai dari yang cuma kasian sama gue, sampe yang motifnya terselubung untuk menaikkan jabatannya dengan merekrut orang baru. Semua tawaran itu berakhir dengan penolakan gue. Mereka kemudian menyebut gue sebagai orang yang sombong dan ga tau diri karena menolak tawaran mereka. Silahkan cap gue sesukanya, tapi gue punya idealisme sendiri yang harus anda hormati.
Ada saat dimana nyokap malu sama keadaan gue yang jobless. Jujur gue pun pernah merasa minder dengan status jobless itu. Gimana engga, hampir semua orang yang bertanya soal pekerjaan gue berakhir dengan mencibir ataupun mengasihani keadaan gue. Sudah banyak perkataan dan perbuatan ga enak dari mereka yang gue terima karena status jobless gue.
Sampai akhirnya gue meyakinkan nyokap agar tutup kuping sama semua omongan ga enak orang2. Gue buktiin ke nyokap kalo tanpa pekerjaan kantoran pun gue masih bisa dapet rezeki. Dan nyokap sekarang jadi bisa sama cueknya seperti gue menghadapi orang2 itu karena beliau tau gimana perjuangan gue merintis bisnis kecil2an gue ini dengan modal nol hingga mulai berkembang seperti sekarang.
Sekarang nyokap bisa dengan bangganya bilang kalo gue punya usaha sendiri ke orang2 yang (masih aja kepo) nanya soal pekerjaan gue. Saat orang2 itu nanya berapa uang yang nyokap keluarin untuk modalin gue usaha, nyokap juga dengan santai akan bilang kalo beliau sama sekali ga pernah keluar uang sepeserpun untuk modalin gue usaha. Yah, walau banyak orang yang ga percaya tapi emang itu kenyataannya.
Gue ga pernah menyesal dengan keputusan gue untuk tinggal dirumah menjadi pengangguran dan merawat bokap. Gue memang ga bisa dapat uang/gaji tapi gue punya banyak waktu yang ga banyak dipunyai orang2 yang bekerja. Gue percaya ini memang jalan dari Tuhan untuk gue supaya gue bisa berbakti sama orangtua gue, terutama bokap.
Gue adalah anak kesayangan bokap, namun gue akui selama ini gue jarang meluangkan waktu untuk beliau. Semasa SMP-SMA saat bokap sudah pensiun, gue sedang asyik2nya dengan dunia remaja dan teman2. Setelah itu gue kuliah di luar kota selama 4 tahun. Begitu lulus kuliah pun gue sempat tinggal di kota lain yang juga jauh dari keluarga. Saat inilah mungkin Tuhan sedang memberikan gue kesempatan untuk mengganti banyak waktu gue yang hilang sama bokap dulu.
Walau banyak orang yang sebenarnya tahu bagaimana keadaan keluarga gue dengan kondisi bokap yang mulai sakit2an, tapi kadang mereka tutup mata. Mungkin buat mereka uang lebih penting dibanding orangtua. Bagaimana gue bisa kerja dengan tenang saat tahu bokap sakit dan sendirian dirumah?? Sekalipun keluarga gue bisa menyewa seseorang untuk merawat bokap, tapi tetap aja hati ga bakalan tenang dan pasti bokap sendiri lebih pengen diurus sama keluarga dibanding orang sewaan.
Coba deh inget2, dulu waktu kita kecil aja orangtua kita selalu panik tiap kita jatuh sakit dan selalu berusaha meluangkan waktu dengan ambil cuti di tengah2 hectic-nya pekerjaan mereka hanya untuk menemani kita yang sedang sakit. Sekarang, saat keadaannya terbalik, saat orangtua kita yang sakit, apakah kita tega lebih mementingkan karir dibanding mereka?? For me, it's absolutely NO. Sangat ga enak harus selalu merasa ketakutan kehilangan orangtua yang mulai sakit2an dan buat gue gaji berapapun ga akan bisa membayar itu semua.
Setelah bokap ga ada, gue akhirnya sadar dengan status jobless gue selama ini gue sudah belajar banyak hal. Pilihan gue untuk menjaga bokap di masa2 sakitnya ternyata ga salah. Gue bisa belajar untuk sabar ngadepin omongan dan perlakuan ga enak orang2. Belajar untuk ngeliat siapa2 aja orang2 di sekitar gue yang bener2 tulus atau cuma pura2 baik di depan gue. Belajar nerima keadaan dan ga ngeluh sesusah apapun keadaan yang gue hadapin, dan banyak hal lainnya. Karena status jobless gue itu, sekarang gue jadi punya usaha dirumah dan bisa ngasih makan oranglain dari usaha kecil gue ini. Gue bisa berubah dari anak manja yang selalu ngumpet diketek orangtua jadi orang yang mandiri juga karena status jobless gue itu dan gue ga pernah menyesal sudah mengambil keputusan itu.
Semoga aja bokap juga bisa bangga sama gue walaupun gue belum bisa ngasih apa2 sampai akhir hayat beliau. Bisa ngebanggain orangtua dengan cara gue sendiri udah lebih dari cukup untuk ngebayar semua rasa lelah dan sakit hati atas hinaan orang2 selama ini. Dan buat orang2 yang secara langsung ataupun tidak sudah memandang remeh gue selama ini, gue cuma pengen bilang, try to put yourself in my shoes and let's see, can you survive with that??
Semua orangtua pasti berharap anak2nya sukses. Selalu dapat nilai yang bagus saat sekolah, bisa diterima di PTN-PTS ternama, lulus kuliah dengan IPK tinggi, langsung dapat pekerjaan mapan di perusahaan yang bonafid dengan gaji besar, ketemu jodoh yang berasal dari keluarga terpandang kemudian menikah dan hidup bahagia. Siapa sih yang ga mau?? But life isn't that perfect. Dan itu yang gue alami.
Selesai kuliah gue ngerasain banget yang namanya susahnya cari kerja. Banyak perusahaan dan orang2 yang pernah mewawancarai gue bilang kalo background pendidikan gue ga sesuai dengan minat dan bakat gue, dan itu yang bikin gue selalu gagal cari pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan gue. Gue berakhir dengan ambil beberapa pekerjaan yang sama sekali jauh dari pendidikan gue di bidang hukum, itupun ga berlangsung lama karena idealisme gue terlalu tinggi untuk bertahan di tempat kerja yang suasana dan orang2nya ga bikin gue nyaman. Gue pernah menolak pekerjaan di salah 1 perusahaan walaupun gajinya lumayan dan kantornya dekat dengan rumah gue hanya karena gue mendengar si calon atasan mengeluarkan dirty jokes saat ngomong dengan karyawan lainnya, yang menurut gue hal itu sangat ga pantas diucapkan di kantor sekalipun suasananya akrab.
Sampai detik ini, sudah hampir 3 taun gue berstatus sebagai pengangguran. Dengan status jobless itu sudah banyak hal2 ga enak yang gue alamin. Mulai dari pihak keluarga sampai orang2 yang ga gue kenal banyak yang memandang gue sebelah mata karena status jobless itu. Sampai akhirnya gue berhasil bertahan dan ga malu dengan status jobless tersebut karena 1 alasan. Kondisi kesehatan bokap. Semenjak bokap sakit2an dan sering keluar masuk RS, gue akhirnya memutuskan untuk berhenti apply lamaran dan stay dirumah untuk jagain bokap. Dengan pilihan itu ternyata justru lebih banyak omongan miring yang masuk. Kok bisa2nya ya orangtua sakit tapi malah enak2an dirumah ga cari kerja?? Ga malu apa udah umur segitu tapi masih nganggur, apalagi bapaknya sakit2an gitu, kerja kek daripada dirumah doang!!
Pernah ada beberapa orang yang menawari gue pekerjaan dengan berbagai macam alasan. Mulai dari yang cuma kasian sama gue, sampe yang motifnya terselubung untuk menaikkan jabatannya dengan merekrut orang baru. Semua tawaran itu berakhir dengan penolakan gue. Mereka kemudian menyebut gue sebagai orang yang sombong dan ga tau diri karena menolak tawaran mereka. Silahkan cap gue sesukanya, tapi gue punya idealisme sendiri yang harus anda hormati.
Ada saat dimana nyokap malu sama keadaan gue yang jobless. Jujur gue pun pernah merasa minder dengan status jobless itu. Gimana engga, hampir semua orang yang bertanya soal pekerjaan gue berakhir dengan mencibir ataupun mengasihani keadaan gue. Sudah banyak perkataan dan perbuatan ga enak dari mereka yang gue terima karena status jobless gue.
Sampai akhirnya gue meyakinkan nyokap agar tutup kuping sama semua omongan ga enak orang2. Gue buktiin ke nyokap kalo tanpa pekerjaan kantoran pun gue masih bisa dapet rezeki. Dan nyokap sekarang jadi bisa sama cueknya seperti gue menghadapi orang2 itu karena beliau tau gimana perjuangan gue merintis bisnis kecil2an gue ini dengan modal nol hingga mulai berkembang seperti sekarang.
Sekarang nyokap bisa dengan bangganya bilang kalo gue punya usaha sendiri ke orang2 yang (masih aja kepo) nanya soal pekerjaan gue. Saat orang2 itu nanya berapa uang yang nyokap keluarin untuk modalin gue usaha, nyokap juga dengan santai akan bilang kalo beliau sama sekali ga pernah keluar uang sepeserpun untuk modalin gue usaha. Yah, walau banyak orang yang ga percaya tapi emang itu kenyataannya.
Gue ga pernah menyesal dengan keputusan gue untuk tinggal dirumah menjadi pengangguran dan merawat bokap. Gue memang ga bisa dapat uang/gaji tapi gue punya banyak waktu yang ga banyak dipunyai orang2 yang bekerja. Gue percaya ini memang jalan dari Tuhan untuk gue supaya gue bisa berbakti sama orangtua gue, terutama bokap.
Gue adalah anak kesayangan bokap, namun gue akui selama ini gue jarang meluangkan waktu untuk beliau. Semasa SMP-SMA saat bokap sudah pensiun, gue sedang asyik2nya dengan dunia remaja dan teman2. Setelah itu gue kuliah di luar kota selama 4 tahun. Begitu lulus kuliah pun gue sempat tinggal di kota lain yang juga jauh dari keluarga. Saat inilah mungkin Tuhan sedang memberikan gue kesempatan untuk mengganti banyak waktu gue yang hilang sama bokap dulu.
Walau banyak orang yang sebenarnya tahu bagaimana keadaan keluarga gue dengan kondisi bokap yang mulai sakit2an, tapi kadang mereka tutup mata. Mungkin buat mereka uang lebih penting dibanding orangtua. Bagaimana gue bisa kerja dengan tenang saat tahu bokap sakit dan sendirian dirumah?? Sekalipun keluarga gue bisa menyewa seseorang untuk merawat bokap, tapi tetap aja hati ga bakalan tenang dan pasti bokap sendiri lebih pengen diurus sama keluarga dibanding orang sewaan.
Coba deh inget2, dulu waktu kita kecil aja orangtua kita selalu panik tiap kita jatuh sakit dan selalu berusaha meluangkan waktu dengan ambil cuti di tengah2 hectic-nya pekerjaan mereka hanya untuk menemani kita yang sedang sakit. Sekarang, saat keadaannya terbalik, saat orangtua kita yang sakit, apakah kita tega lebih mementingkan karir dibanding mereka?? For me, it's absolutely NO. Sangat ga enak harus selalu merasa ketakutan kehilangan orangtua yang mulai sakit2an dan buat gue gaji berapapun ga akan bisa membayar itu semua.
Setelah bokap ga ada, gue akhirnya sadar dengan status jobless gue selama ini gue sudah belajar banyak hal. Pilihan gue untuk menjaga bokap di masa2 sakitnya ternyata ga salah. Gue bisa belajar untuk sabar ngadepin omongan dan perlakuan ga enak orang2. Belajar untuk ngeliat siapa2 aja orang2 di sekitar gue yang bener2 tulus atau cuma pura2 baik di depan gue. Belajar nerima keadaan dan ga ngeluh sesusah apapun keadaan yang gue hadapin, dan banyak hal lainnya. Karena status jobless gue itu, sekarang gue jadi punya usaha dirumah dan bisa ngasih makan oranglain dari usaha kecil gue ini. Gue bisa berubah dari anak manja yang selalu ngumpet diketek orangtua jadi orang yang mandiri juga karena status jobless gue itu dan gue ga pernah menyesal sudah mengambil keputusan itu.
Semoga aja bokap juga bisa bangga sama gue walaupun gue belum bisa ngasih apa2 sampai akhir hayat beliau. Bisa ngebanggain orangtua dengan cara gue sendiri udah lebih dari cukup untuk ngebayar semua rasa lelah dan sakit hati atas hinaan orang2 selama ini. Dan buat orang2 yang secara langsung ataupun tidak sudah memandang remeh gue selama ini, gue cuma pengen bilang, try to put yourself in my shoes and let's see, can you survive with that??