Beberapa waktu lalu gue sempat berbincang soal pendapatan dengan seorang teman yang selalu saja mengeluh kalau gajinya dirasa belum mencukupi kebutuhannya. Jangankan untuk menabung, kadang untuk biaya hidupnya selama sebulan saja nyaris tidak cukup. Fyi, teman gue itu adalah seorang cewek yang belum menikah dan dia bekerja di salah 1 perusahaan swasta ternama yang gajinya hampir menyentuh angka 8 digit per bulan. Ga perlu gue perjelas lah ya siapa dan dimana dia kerjanya, yang penting punya gambaran aja gimana sikonnya dan seberapa besar gajinya.
Buat ukuran gue pribadi, gaji teman gue itu terbilang cukup besar. Kalau dibandingkan dengan gaji gue dulu semasa kerja sih jauh banget, gaji gue mah ga ada apa2nya, setengah dari gajinya pun ga ada. Buat gue (sebagai sesama cewek yang belum menikah) dengan gaji segitu, setelah dikurangi kebutuhan bulanan gue,dll, gue masih bisa menyisihkan paling tidak setengah dari jumlah gaji itu untuk ditabung. Makanya gue juga heran kenapa teman gue bisa bilang kalo gajinya belum cukup.
Setelah ngobrol panjang lebar, akhirnya gue tau dimana letak masalahnya. Seiring dengan gajinya yang besar, gaya hidup teman gue itu ternyata ikut berubah menjadi tinggi. Bisa gue liat sih emang perubahannya. Dulu dia yang biasanya tampil sederhana sekarang jadi (agak sedikit) glamor dengan segala macam atribut bermerek dari ujung rambut hingga ujung kaki. Belum lagi wajahnya yang sebenarnya sudah cantik, sekarang hampir tiap hari terpoles make up (lumayan tebal). Tak ketinggalan gadget terbaru pun dia punya, mulai dari smart phone dari merek ternama hingga pc tablet yang memang sedang booming. Belum lagi kebiasaannya untuk makan di restoran2 mahal dan pengeluaran untuk kartu kreditnya juga tergolong besar.
Dulu waktu gue baru kerja pertama kali dan ngerasain punya gaji sendiri sih emang bawaannya pengen belanja terus. Ya semacam syndrome baru punya penghasilan gitu lah!! Mentang2 udah punya uang sendiri apa2 pengen dibeli. Hihihihi. Hayo ngaku yang pada kerja pertama kali juga pasti sempet ngerasain hal2 kayak gitu kan!? Tapi untungnya gue (walau dengan gaji kecil), gue selalu masih punya sedikit uang sisa gaji untuk ditabung, mungkin karena gaya hidup gue juga ga lantas jadi berubah setelah kerja. Ya mungkin karena jiwa boyish gue cenderung lebih dominan, jadi gue kurang tertarik untuk mendadani diri dengan barang2 wanita yang terkadang harganya bikin ngelus dada.
Tanpa bermaksud untuk menggurui atau sok pintar soal keuangan, gue pun mencoba memberi saran untuk dia supaya mengikis kebutuhan2 yang ga penting supaya dia bisa nabung walau sedikit. Masa iya udah hampir 3 tahun kerja tapi dia sama sekali belum punya tabungan yang besarnya melampaui gaji. Gue bilang kalaupun dia pengen belanja, belanjalah kebutuhan yang emang penting dan bukan cuma karena pengen doank. Misal sepatu atau tas yang harganya bisa berjuta2 ga perlu lah rutin dibeli tiap bulan. Punya 3-4 tas/sepatu mahal gue rasa sudah cukup, toh dia ga akan pakai semuanya sekaligus kan pada saat yang bersamaan.
Makan di tempat2 mahal juga ga harus tiap hari kan, tiap weekend saja cukup. Perawatan di salon2 mahal juga bisa diganti dengan perawatan sendiri di rumah. Minta tolong aja sama ART yang ada dirumah kalo untuk sekedar luluran atau maskeran doank. Gue yang ga pernah perawatan di salon aja bisa tetep bagus kulitnya. Haha. Kepedean. *ditoyor pembaca*
Gue juga menyarankan kalaupun emang dia pengen membelanjakan uangnya, ya belanjakanlah uang itu untuk barang2 yang ada nilai investasinya. Tanah, logam mulia atau perhiasan misalnya. Kalo sewaktu2 dia butuh dana yang cukup besar tapi ga punya tabungan kan bisa dijual tu. Ya ga!? Atau dia kan bisa nyicil rumah tu, ya walaupun dia cewek yang kelak bakal ikut suaminya, tapi kalo emang mampu nyicil rumah kenapa ga. Toh itu investasi juga, kalopun ga ditempatin sendiri toh bisa disewain n jadi sumber penghasilan juga kan.
Pokoknya semua advices terbaik gue sampaikan, dan taukah apa jawabannya setelah gue kasih saran itu semua. Dia cuma bilang, ''ya gue juga pengennya gitu, tapi semua yang lo bilang itu emang kebutuhan gue jadi ga bisa gue stop gitu aja. Yah emang gaji gue aja yang perlu dinaikin.'' Gue cuma bisa geleng2 kepala aja. Kalo gitu ngapain situ ngeluh sama saya soal gaji..?? *jadi emosi* haha..
Gemes aja gue denger pembelaannya itu. Kok malah jadi terkesan ga bersyukur ya?? Dengan gaji sebesar itu aja dia masih ngeluh, gimana kalo punya gaji kayak gue dulu, bisa2 bunuh diri kali dia. Buat gue barang2 tersier itu ga masuk daftar pokok kebutuhan bulanan, tapi kalo buat dia termasuk dalam daftar kebutuhan pokoknya ya gue mau bilang apa lagi kan?? Pelajaran aja sih buat gue, jangan terlalu ngikutin keinginan pribadi yang ga penting. Mulai sekarang harus bisa memilah antara kebutuhan dan keinginan kalau mau hidup nyaman nantinya.
0 komentar:
Posting Komentar