Jumat, 07 Juni 2013

Tahlilan Kematian

Hari ini tepat 2 bulan kepergian bokap (bokap wafat tanggal 7 April 2013 lalu). Selama 2 bulan ini banyak banget kejadian yang bikin jungkir balik hidup gue. Kepergian bokap bener2 ngerubah alur hidup keluarga gue.

Back to topic, di posting kali ini gue akan nulis soal tradisi acara tahlilan kematian yang biasa diadakan untuk mendoakan orang yang meninggal dunia. Biasanya acara tahlilan itu diadakan pada hari 1-3, hari-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000 hari wafatnya orang tersebut. Saat bokap meninggal kemarin, keluarga gue sama sekali tidak menggelar acara tahlilan, dan hal itu mengundang banyak komentar orang. Karena itulah gue berharap posting ini bisa menjelaskan semuanya.

Keluarga gue memutuskan untuk tidak mengadakan tahlilan karena kami ingin benar2 fokus mendoakan beliau. Dari banyak pengalaman yang kami lihat, di setiap tahlilan yang kami datangi, tuan rumah (keluarga) justru sibuk menjamu para tamu dan tetangga yang datang dan mengurus segala macam hal untuk kelancaran acara tahlilan itu. Kami menghindari itu. Apalah arti doa 1000 orang tetangga yang datang namun justru anak dan istri almarhum tidak ikut mendoakan karena sibuk menjamu tamu..?? Bukankah doa anak dan istri yang terpenting untuk almarhum..??

Kami bisa saja menyewa jasa catering untuk mengurusi semua urusan konsumsi bagi para tetangga dan kerabat yang datang. Tapi bagi kami hal itu cuma akan jadi sebuah pemborosan. Bukankah akan lebih baik jika uang yang kami punya disumbangkan atas nama almarhum untuk pembangunan mesjid atau disalurkan kepada yayasan yang menaungi anak yatim. Bukankah pahalanya akan lebih besar untuk beliau daripada hanya sekedar untuk membayar jasa catering demi berjalannya sebuah acara tahlilan..??

Di acara tahlilan biasanya hanya dibacakan surat Yasiin untuk mendoakan almarhum. Tapi bukankah semua surat di dalam Al-Qur'an itu merupakan doa juga..?? Karena beberapa alasan itulah kami memutuskan untuk mendoakan beliau dengan cara kami sendiri. Kami sekeluarga berkumpul selama 40 hari masa berkabung dan berusaha untuk mendoakan almarhum di setiap waktu. Tak hanya surat Yasiin yang kami kirimkan kepada almarhum, tapi semua ayat yang di ada di dalam Al-Qur'an.

Kami tidak menilai jika acara tahlilan itu salah, tapi untuk kami, tanpa acara tahlilan kami bisa lebih fokus mendoakan almarhum. Kami tidak sedang berusaha menentang tradisi yang sudah mendarah daging ini, tapi kami harap, keputusan dan cara keluarga kami juga bisa dihargai. Jangan asal menilai, hanya karena kami tidak mengadakan acara tahlilan maka kami jadi tidak menghormati almarhum.

1 komentar:

Acha Satmoko mengatakan...

terima kasih atas sharingnya..

seperti yang saya tulis diatas, saya juga ga menilai tradisi tahlilan itu salah, hanya saja keluarga kami merasa tanpa tahlilan kami justru bisa lebih khusyuk mendoakan almarhum.

dan mohon maaf sebelumnya, saya ga mau komentar banyak soal agama. saya tumbuh di keluarga besar yang multi etnis, multi ras, dan multi agama. dari kecil saya sudah terbiasa melihat perbedaan dan juga selalu diajarkan kalo agama itu adalah urusan dan hak pribadi antara masing2 manusia dengan Tuhannya dan yang berhak menilai ibadah seseorang umat itu cuma Tuhan.

jadi saya no komen aja deh soal agama, ibadah dll, karena saya aja ibadahnya belum sempurna jadi ga berani nilai ibadah orang benar atau tidak, daripada dosa. :)

Posting Komentar