Gue adalah salah 1 anak di dunia yang lahir dan dibesarkan oleh orangtua yang dua-duanya bekerja. Banyak anggapan yang bilang kalo anak-anak dari kedua orangtua bekerja biasanya hubungannya tidak harmonis dengan orangtuanya karena jarang bertemu dan tidak mendapat sentuhan kasih sayang yang layak seperti anak-anak lain yang ibunya di rumah, buat gue pribadi alhamdulillah gue ga merasakan seperti itu. Alhamdulillah gue ga pernah merasa kekurangan kasih sayang atau waktu sama keluarga gue. Alhamdulillah komunikasi gue dengan orangtua sangat lancar dan akrab, masa kecil gue juga bahagia dan ga pernah ngerasa beda dengan anak-anak lainnya.
Buat gue orangtua gue termasuk yang sukses membesarkan dan mendidik anak-anaknya walaupun mereka berdua sama2 bekerja. Alhamdulillah gue punya orangtua yang bertanggungjawab terhadap anak-anaknya dan berusaha tetap meluangkan waktunya buat anaknya walaupun mereka sibuk dan ga punya banyak waktu sebanyak orangtua lainnya. Prinsip mereka yang gue tahu adalah anak-anak itu amanat paling berharga dari Tuhan untuk mereka dan mereka sendiri juga ga pernah mau kehilangan moment sedikit pun dengan anak-anaknya.
(pic from here)
Dari cerita orang-orang dekat kayak tetangga ataupun orang-orang yang pernah ikut membantu orangtua gue mengasuh gue dan saudara-saudara gue, walau sibuk orangtua gue tetap berusaha menjalankan kewajiban mereka sebagai orangtua, salah satunya memandikan dan memberi makan. Saat gue dan 2 saudara gue lainnya masih bayi, sebelum berangkat bekerja, orangtua gue terutama nyokap selalu mengurus bayinya dulu, mandiin, siapin susu dan makannya, sampai sterilin semua botol-botol susu yang seharian itu akan dipakai. Pokoknya waktu orangtua gue berangkat kerja bayinya sudah bersih, rapih dan kenyang. Dan mereka juga selalu berusaha pulang tepat waktu biar waktu mandi sore anaknya bisa sama mereka, minimal sebelum magrib mereka sudah ada di rumah. Yah singkatnya, pengasuh gue cuma bertugas untuk jagain, kasih makan/susu saat siang sampe sore sampai orangtua gue pulang.
Semua itu berlangsung sampai anak-anaknya besar. Mungkin karena terbiasa dengan rutinitas itu, maka gue dan saudara-saudara gue sudah mandi dan rapih, bahkan sarapan walaupun jam berangkat sekolah gue masih lama dari jam berangkat kantornya orangtua gue. Saat sekolah pun orangtua gue selalu berusaha nemenin anak-anaknya buat ngerjain PR walau gue tau kalo mereka pasti capek banget. Makan malem selalu sama-sama. Ada 1 ritual yang selalu gue lakukan sama bokap tiap sore. Dulu tiap bokap pulang kerja, setelah beliau mandi, gue duduk dipangku di teras rumah dan kita nyanyi-nyanyi sampai magrib. Setelah magrib kita masuk ke rumah dan makan malam. Ada kebiasaan bokap juga sebelum tidur selalu ngedongengin gue, entah dengan cerita anak-anak ataupun cerita karangannya sendiri. Kadang saking capek dan ngantuknya bokap ketiduran pas ngedongeng.
Sekarang ketika gue sudah berkeluarga, gue dihadapkan pada situasi yang sama. Gue dan suami juga sama-sama bekerja. Alhamdulillahnya kami bekerja di kantor yang sama, yang bisa saling tahu jadwal dan kesibukan satu sama lain. Kami pakai pengasuh yang pulang pergi (PP), datang sebelum kami berangkat dan baru pulang setelah salah satu dari kami sampai kerumah dan hanya masuk di hari kerja saja. Weekend dan hari libur nasional pengasuh kami liburkan. Alasan kenapa kami pakai pengasuh yang PP dan bukan yang menginap salah satunya adalah kami ga mau anak kami tergantung dengan kehadiran pengasuhnya. Kami ingin anak kami tetap dekat dengan kedua orangtuanya walaupun kami berdua adalah orangtua bekerja. Alhamdulillah sih usahanya kami ini berhasil. Elle (anak kami) selalu menunggu kami pulang untuk melakukan aktivitas bersama. Dengan cara ini kami juga dipaksa untuk mengalah dengan ego kami.
Sepulang kerja selelah apapun kami tetap harus menemani Elle bermain, membaca buku sama-sama, makan malam bersama, belajar dan eksplorasi banyak hal sama-sama. Oia, Elle bukan anak yang kami biasakan dengan gadget, bahkan Elle tidak terbiasa menonton TV. Ada TV dirumah tapi fungsinya untuk menonton film2 download-an (ga ada saluran/chanel TV karena ga ada antenanya). Terkadang kami sengaja cuti bersamaan untuk ajak Elle jalan-jalan bertiga tanpa kehadiran nanny-nya. Elle di umurnya yang ketiga tahun ini sudah terbiasa dan mengerti jika situasinya seperti itu. Weekday selama jam kerja Elle sama nanny selebihnya sama orangtuanya. Dan misal ketika gue sakit dan ga masuk kerja, gue stay dirumah untuk istirahat, pengasuh tetap gue suruh masuk untuk bantu jagain Elle dan pas kejadian kayak gitu Elle tetap aja milihnya lebih ke gue dibanding sama nanny-nya walaupun dia tau gue lagi sakit.
Dengan pengalaman yang gue alami sendiri baik sebagai anak dari orangtua yang keduanya bekerja maupun sebagai orangtua yang bekerja. Gue sih ga setuju kalo banyak yang bilang anak-anak dengan kedua orangtua yang bekerja itu kurang kasih sayang, pembangkang, dan segala macam image negatif lainnya. Mungkin ada yang seperti itu, tapi ya ga fair juga kalo sampai disama ratakan. Balik lagi sih ke komitmen masing-masing orangtua bekerja ya. Jangan sampai pekerjaannya mengambil seluruh perhatian dan kebutuhan kasih sayang si anak. Setuju kan?
Sekarang ketika gue sudah berkeluarga, gue dihadapkan pada situasi yang sama. Gue dan suami juga sama-sama bekerja. Alhamdulillahnya kami bekerja di kantor yang sama, yang bisa saling tahu jadwal dan kesibukan satu sama lain. Kami pakai pengasuh yang pulang pergi (PP), datang sebelum kami berangkat dan baru pulang setelah salah satu dari kami sampai kerumah dan hanya masuk di hari kerja saja. Weekend dan hari libur nasional pengasuh kami liburkan. Alasan kenapa kami pakai pengasuh yang PP dan bukan yang menginap salah satunya adalah kami ga mau anak kami tergantung dengan kehadiran pengasuhnya. Kami ingin anak kami tetap dekat dengan kedua orangtuanya walaupun kami berdua adalah orangtua bekerja. Alhamdulillah sih usahanya kami ini berhasil. Elle (anak kami) selalu menunggu kami pulang untuk melakukan aktivitas bersama. Dengan cara ini kami juga dipaksa untuk mengalah dengan ego kami.
(Elle dan Papapnya)
Sepulang kerja selelah apapun kami tetap harus menemani Elle bermain, membaca buku sama-sama, makan malam bersama, belajar dan eksplorasi banyak hal sama-sama. Oia, Elle bukan anak yang kami biasakan dengan gadget, bahkan Elle tidak terbiasa menonton TV. Ada TV dirumah tapi fungsinya untuk menonton film2 download-an (ga ada saluran/chanel TV karena ga ada antenanya). Terkadang kami sengaja cuti bersamaan untuk ajak Elle jalan-jalan bertiga tanpa kehadiran nanny-nya. Elle di umurnya yang ketiga tahun ini sudah terbiasa dan mengerti jika situasinya seperti itu. Weekday selama jam kerja Elle sama nanny selebihnya sama orangtuanya. Dan misal ketika gue sakit dan ga masuk kerja, gue stay dirumah untuk istirahat, pengasuh tetap gue suruh masuk untuk bantu jagain Elle dan pas kejadian kayak gitu Elle tetap aja milihnya lebih ke gue dibanding sama nanny-nya walaupun dia tau gue lagi sakit.
Dengan pengalaman yang gue alami sendiri baik sebagai anak dari orangtua yang keduanya bekerja maupun sebagai orangtua yang bekerja. Gue sih ga setuju kalo banyak yang bilang anak-anak dengan kedua orangtua yang bekerja itu kurang kasih sayang, pembangkang, dan segala macam image negatif lainnya. Mungkin ada yang seperti itu, tapi ya ga fair juga kalo sampai disama ratakan. Balik lagi sih ke komitmen masing-masing orangtua bekerja ya. Jangan sampai pekerjaannya mengambil seluruh perhatian dan kebutuhan kasih sayang si anak. Setuju kan?