Senin, 12 November 2012

Jalan Panjang Untuk Menjadi Halal

Kemarin aku berkesempatan datang ke acara pernikahan seseorang. Acaranya cukup sederhana. Hanya sebuah akad nikah di depan seorang penghulu bertempat di rumah sang mempelai wanita. Tanpa resepsi, atau pesta pora.  Acara berlangsung cukup singkat namun sangat terasa suasana sakralnya. Aku dapat merasakan kebahagiaan pasangan itu. Tapi sesungguhnya ada satu kegetiran dibalik bahagia mereka. Karena mereka menikah di atas perbedaan.

Aku bisa memahaminya, karena akupun juga seperti mereka. Tengah berada pada 1 hubungan yang berbeda. Perbedaan yang aku sendiri tidak paham apa sebabnya hingga disebut berbeda. dalam hati aku ikut berteriak, "Aku Tidak Mau Seperti Mereka!!". Harus merasakan gundah sekaligus gembira di hari yang seharusnya jadi hari paling bahagiaku kelak. Aku tidak ingin perbedaan ini terus dipertanyakan saat pasanganku sendiri sudah bisa bertoleransi.

Bukan hanya sekali dua kali aku ingin menyerah. Berulang kali aku hentikan langkah karena terlalu lelah dengan cibiran mereka. Tapi dia selalu saja bisa meyakinkanku untuk tetap berlari disampingnya. Meyakinkanku jika dia juga setuju jika sesungguhnya tidak ada yang berbeda di antara kami berdua. Hingga membuat kami berdua saling bersumpah untuk bisa menerima satu sama lain apa adanya.

Kadang aku berpikir dalam introspeksi panjangku. Apa aku pendosa paling hina di dunia?? Apa keinginanku untuk bisa bersamanya terlalu berlebihan?? Aku hanya ingin kelak bisa menjadi halal untuknya. Aku hanya ingin kami menjadi halal dimata-Mu ya Rab. Entah kenapa begitu terjal jalan kami untuk melangkah kesana. Begitu berat beban kami harus selalu menghadapi paradigma mereka.

Keyakinanku kian melemah, tapi pernikahan kemarin kembali menguatkanku. Seolah Engkau memang sengaja menghadirkanku disana untuk menunjukkan bukti bahwa selalu ada jalan untuk kami. Seakan Engkau meyakinkanku untuk tidak menyerah atas perbedaan yang sesungguhnya hanya ada di kepala orang2 yang menentang kami.

Perenungan panjang ini membulatkan tekadku. Aku ingin tetap melangkah bersamanya hingga akhir sekalipun harus menentang banyak orang. menutup mata dan telinga terhadap semua cacian mereka yang kelak akan kami hadapi. Aku ingin kami bisa tetap berpegangan tangan memenangkan pertempuran ini dan berdiri di pintu akhir kemenangan kami di pelaminan nanti. Dan hingga saat itu tiba, aku mohon jaga terus keyakinan kami ini ya Rab, bahwa kelak kamipun bisa menjadi halal di atas perbedaan. Aamiin.

2 komentar: