Ini sebenernya posting lama yang belum selesai. Gue tulis ini sejak akhir tahun 2012 lalu dan sebenarnya gue persembahkan khusus untuk bokap gue. Tapi karena pikiran gue banyak kebagi akhirnya posting ini baru bisa selesai di akhir April ini atau beberapa minggu setelah bokap ga ada. T_T
Semua orangtua pasti berharap anak2nya sukses. Selalu dapat nilai yang bagus saat sekolah, bisa diterima di PTN-PTS ternama, lulus kuliah dengan IPK tinggi, langsung dapat pekerjaan mapan di perusahaan yang bonafid dengan gaji besar, ketemu jodoh yang berasal dari keluarga terpandang kemudian menikah dan hidup bahagia. Siapa sih yang ga mau?? But life isn't that perfect. Dan itu yang gue alami.
Selesai kuliah gue ngerasain banget yang namanya susahnya cari kerja. Banyak perusahaan dan orang2 yang pernah mewawancarai gue bilang kalo background pendidikan gue ga sesuai dengan minat dan bakat gue, dan itu yang bikin gue selalu gagal cari pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan gue. Gue berakhir dengan ambil beberapa pekerjaan yang sama sekali jauh dari pendidikan gue di bidang hukum, itupun ga berlangsung lama karena idealisme gue terlalu tinggi untuk bertahan di tempat kerja yang suasana dan orang2nya ga bikin gue nyaman. Gue pernah menolak pekerjaan di salah 1 perusahaan walaupun gajinya lumayan dan kantornya dekat dengan rumah gue hanya karena gue mendengar si calon atasan mengeluarkan dirty jokes saat ngomong dengan karyawan lainnya, yang menurut gue hal itu sangat ga pantas diucapkan di kantor sekalipun suasananya akrab.
Sampai detik ini, sudah hampir 3 taun gue berstatus sebagai pengangguran. Dengan status jobless itu sudah banyak hal2 ga enak yang gue alamin. Mulai dari pihak keluarga sampai orang2 yang ga gue kenal banyak yang memandang gue sebelah mata karena status jobless itu. Sampai akhirnya gue berhasil bertahan dan ga malu dengan status jobless tersebut karena 1 alasan. Kondisi kesehatan bokap. Semenjak bokap sakit2an dan sering keluar masuk RS, gue akhirnya memutuskan untuk berhenti apply lamaran dan stay dirumah untuk jagain bokap. Dengan pilihan itu ternyata justru lebih banyak omongan miring yang masuk. Kok bisa2nya ya orangtua sakit tapi malah enak2an dirumah ga cari kerja?? Ga malu apa udah umur segitu tapi masih nganggur, apalagi bapaknya sakit2an gitu, kerja kek daripada dirumah doang!!
Pernah ada beberapa orang yang menawari gue pekerjaan dengan berbagai macam alasan. Mulai dari yang cuma kasian sama gue, sampe yang motifnya terselubung untuk menaikkan jabatannya dengan merekrut orang baru. Semua tawaran itu berakhir dengan penolakan gue. Mereka kemudian menyebut gue sebagai orang yang sombong dan ga tau diri karena menolak tawaran mereka. Silahkan cap gue sesukanya, tapi gue punya idealisme sendiri yang harus anda hormati.
Ada saat dimana nyokap malu sama keadaan gue yang jobless. Jujur gue pun pernah merasa minder dengan status jobless itu. Gimana engga, hampir semua orang yang bertanya soal pekerjaan gue berakhir dengan mencibir ataupun mengasihani keadaan gue. Sudah banyak perkataan dan perbuatan ga enak dari mereka yang gue terima karena status jobless gue.
Sampai akhirnya gue meyakinkan nyokap agar tutup kuping sama semua omongan ga enak orang2. Gue buktiin ke nyokap kalo tanpa pekerjaan kantoran pun gue masih bisa dapet rezeki. Dan nyokap sekarang jadi bisa sama cueknya seperti gue menghadapi orang2 itu karena beliau tau gimana perjuangan gue merintis bisnis kecil2an gue ini dengan modal nol hingga mulai berkembang seperti sekarang.
Sekarang nyokap bisa dengan bangganya bilang kalo gue punya usaha sendiri ke orang2 yang (masih aja kepo) nanya soal pekerjaan gue. Saat orang2 itu nanya berapa uang yang nyokap keluarin untuk modalin gue usaha, nyokap juga dengan santai akan bilang kalo beliau sama sekali ga pernah keluar uang sepeserpun untuk modalin gue usaha. Yah, walau banyak orang yang ga percaya tapi emang itu kenyataannya.
Gue ga pernah menyesal dengan keputusan gue untuk tinggal dirumah menjadi pengangguran dan merawat bokap. Gue memang ga bisa dapat uang/gaji tapi gue punya banyak waktu yang ga banyak dipunyai orang2 yang bekerja. Gue percaya ini memang jalan dari Tuhan untuk gue supaya gue bisa berbakti sama orangtua gue, terutama bokap.
Gue adalah anak kesayangan bokap, namun gue akui selama ini gue jarang meluangkan waktu untuk beliau. Semasa SMP-SMA saat bokap sudah pensiun, gue sedang asyik2nya dengan dunia remaja dan teman2. Setelah itu gue kuliah di luar kota selama 4 tahun. Begitu lulus kuliah pun gue sempat tinggal di kota lain yang juga jauh dari keluarga. Saat inilah mungkin Tuhan sedang memberikan gue kesempatan untuk mengganti banyak waktu gue yang hilang sama bokap dulu.
Walau banyak orang yang sebenarnya tahu bagaimana keadaan keluarga gue dengan kondisi bokap yang mulai sakit2an, tapi kadang mereka tutup mata. Mungkin buat mereka uang lebih penting dibanding orangtua. Bagaimana gue bisa kerja dengan tenang saat tahu bokap sakit dan sendirian dirumah?? Sekalipun keluarga gue bisa menyewa seseorang untuk merawat bokap, tapi tetap aja hati ga bakalan tenang dan pasti bokap sendiri lebih pengen diurus sama keluarga dibanding orang sewaan.
Coba deh inget2, dulu waktu kita kecil aja orangtua kita selalu panik tiap kita jatuh sakit dan selalu berusaha meluangkan waktu dengan ambil cuti di tengah2 hectic-nya pekerjaan mereka hanya untuk menemani kita yang sedang sakit. Sekarang, saat keadaannya terbalik, saat orangtua kita yang sakit, apakah kita tega lebih mementingkan karir dibanding mereka?? For me, it's absolutely NO. Sangat ga enak harus selalu merasa ketakutan kehilangan orangtua yang mulai sakit2an dan buat gue gaji berapapun ga akan bisa membayar itu semua.
Setelah bokap ga ada, gue akhirnya sadar dengan status jobless gue selama ini gue sudah belajar banyak hal. Pilihan gue untuk menjaga bokap di masa2 sakitnya ternyata ga salah. Gue bisa belajar untuk sabar ngadepin omongan dan perlakuan ga enak orang2. Belajar untuk ngeliat siapa2 aja orang2 di sekitar gue yang bener2 tulus atau cuma pura2 baik di depan gue. Belajar nerima keadaan dan ga ngeluh sesusah apapun keadaan yang gue hadapin, dan banyak hal lainnya. Karena status jobless gue itu, sekarang gue jadi punya usaha dirumah dan bisa ngasih makan oranglain dari usaha kecil gue ini. Gue bisa berubah dari anak manja yang selalu ngumpet diketek orangtua jadi orang yang mandiri juga karena status jobless gue itu dan gue ga pernah menyesal sudah mengambil keputusan itu.
Semoga aja bokap juga bisa bangga sama gue walaupun gue belum bisa ngasih apa2 sampai akhir hayat beliau. Bisa ngebanggain orangtua dengan cara gue sendiri udah lebih dari cukup untuk ngebayar semua rasa lelah dan sakit hati atas hinaan orang2 selama ini. Dan buat orang2 yang secara langsung ataupun tidak sudah memandang remeh gue selama ini, gue cuma pengen bilang, try to put yourself in my shoes and let's see, can you survive with that??
Semua orangtua pasti berharap anak2nya sukses. Selalu dapat nilai yang bagus saat sekolah, bisa diterima di PTN-PTS ternama, lulus kuliah dengan IPK tinggi, langsung dapat pekerjaan mapan di perusahaan yang bonafid dengan gaji besar, ketemu jodoh yang berasal dari keluarga terpandang kemudian menikah dan hidup bahagia. Siapa sih yang ga mau?? But life isn't that perfect. Dan itu yang gue alami.
Selesai kuliah gue ngerasain banget yang namanya susahnya cari kerja. Banyak perusahaan dan orang2 yang pernah mewawancarai gue bilang kalo background pendidikan gue ga sesuai dengan minat dan bakat gue, dan itu yang bikin gue selalu gagal cari pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan gue. Gue berakhir dengan ambil beberapa pekerjaan yang sama sekali jauh dari pendidikan gue di bidang hukum, itupun ga berlangsung lama karena idealisme gue terlalu tinggi untuk bertahan di tempat kerja yang suasana dan orang2nya ga bikin gue nyaman. Gue pernah menolak pekerjaan di salah 1 perusahaan walaupun gajinya lumayan dan kantornya dekat dengan rumah gue hanya karena gue mendengar si calon atasan mengeluarkan dirty jokes saat ngomong dengan karyawan lainnya, yang menurut gue hal itu sangat ga pantas diucapkan di kantor sekalipun suasananya akrab.
Sampai detik ini, sudah hampir 3 taun gue berstatus sebagai pengangguran. Dengan status jobless itu sudah banyak hal2 ga enak yang gue alamin. Mulai dari pihak keluarga sampai orang2 yang ga gue kenal banyak yang memandang gue sebelah mata karena status jobless itu. Sampai akhirnya gue berhasil bertahan dan ga malu dengan status jobless tersebut karena 1 alasan. Kondisi kesehatan bokap. Semenjak bokap sakit2an dan sering keluar masuk RS, gue akhirnya memutuskan untuk berhenti apply lamaran dan stay dirumah untuk jagain bokap. Dengan pilihan itu ternyata justru lebih banyak omongan miring yang masuk. Kok bisa2nya ya orangtua sakit tapi malah enak2an dirumah ga cari kerja?? Ga malu apa udah umur segitu tapi masih nganggur, apalagi bapaknya sakit2an gitu, kerja kek daripada dirumah doang!!
Pernah ada beberapa orang yang menawari gue pekerjaan dengan berbagai macam alasan. Mulai dari yang cuma kasian sama gue, sampe yang motifnya terselubung untuk menaikkan jabatannya dengan merekrut orang baru. Semua tawaran itu berakhir dengan penolakan gue. Mereka kemudian menyebut gue sebagai orang yang sombong dan ga tau diri karena menolak tawaran mereka. Silahkan cap gue sesukanya, tapi gue punya idealisme sendiri yang harus anda hormati.
Ada saat dimana nyokap malu sama keadaan gue yang jobless. Jujur gue pun pernah merasa minder dengan status jobless itu. Gimana engga, hampir semua orang yang bertanya soal pekerjaan gue berakhir dengan mencibir ataupun mengasihani keadaan gue. Sudah banyak perkataan dan perbuatan ga enak dari mereka yang gue terima karena status jobless gue.
Sampai akhirnya gue meyakinkan nyokap agar tutup kuping sama semua omongan ga enak orang2. Gue buktiin ke nyokap kalo tanpa pekerjaan kantoran pun gue masih bisa dapet rezeki. Dan nyokap sekarang jadi bisa sama cueknya seperti gue menghadapi orang2 itu karena beliau tau gimana perjuangan gue merintis bisnis kecil2an gue ini dengan modal nol hingga mulai berkembang seperti sekarang.
Sekarang nyokap bisa dengan bangganya bilang kalo gue punya usaha sendiri ke orang2 yang (masih aja kepo) nanya soal pekerjaan gue. Saat orang2 itu nanya berapa uang yang nyokap keluarin untuk modalin gue usaha, nyokap juga dengan santai akan bilang kalo beliau sama sekali ga pernah keluar uang sepeserpun untuk modalin gue usaha. Yah, walau banyak orang yang ga percaya tapi emang itu kenyataannya.
Gue ga pernah menyesal dengan keputusan gue untuk tinggal dirumah menjadi pengangguran dan merawat bokap. Gue memang ga bisa dapat uang/gaji tapi gue punya banyak waktu yang ga banyak dipunyai orang2 yang bekerja. Gue percaya ini memang jalan dari Tuhan untuk gue supaya gue bisa berbakti sama orangtua gue, terutama bokap.
Gue adalah anak kesayangan bokap, namun gue akui selama ini gue jarang meluangkan waktu untuk beliau. Semasa SMP-SMA saat bokap sudah pensiun, gue sedang asyik2nya dengan dunia remaja dan teman2. Setelah itu gue kuliah di luar kota selama 4 tahun. Begitu lulus kuliah pun gue sempat tinggal di kota lain yang juga jauh dari keluarga. Saat inilah mungkin Tuhan sedang memberikan gue kesempatan untuk mengganti banyak waktu gue yang hilang sama bokap dulu.
Walau banyak orang yang sebenarnya tahu bagaimana keadaan keluarga gue dengan kondisi bokap yang mulai sakit2an, tapi kadang mereka tutup mata. Mungkin buat mereka uang lebih penting dibanding orangtua. Bagaimana gue bisa kerja dengan tenang saat tahu bokap sakit dan sendirian dirumah?? Sekalipun keluarga gue bisa menyewa seseorang untuk merawat bokap, tapi tetap aja hati ga bakalan tenang dan pasti bokap sendiri lebih pengen diurus sama keluarga dibanding orang sewaan.
Coba deh inget2, dulu waktu kita kecil aja orangtua kita selalu panik tiap kita jatuh sakit dan selalu berusaha meluangkan waktu dengan ambil cuti di tengah2 hectic-nya pekerjaan mereka hanya untuk menemani kita yang sedang sakit. Sekarang, saat keadaannya terbalik, saat orangtua kita yang sakit, apakah kita tega lebih mementingkan karir dibanding mereka?? For me, it's absolutely NO. Sangat ga enak harus selalu merasa ketakutan kehilangan orangtua yang mulai sakit2an dan buat gue gaji berapapun ga akan bisa membayar itu semua.
Setelah bokap ga ada, gue akhirnya sadar dengan status jobless gue selama ini gue sudah belajar banyak hal. Pilihan gue untuk menjaga bokap di masa2 sakitnya ternyata ga salah. Gue bisa belajar untuk sabar ngadepin omongan dan perlakuan ga enak orang2. Belajar untuk ngeliat siapa2 aja orang2 di sekitar gue yang bener2 tulus atau cuma pura2 baik di depan gue. Belajar nerima keadaan dan ga ngeluh sesusah apapun keadaan yang gue hadapin, dan banyak hal lainnya. Karena status jobless gue itu, sekarang gue jadi punya usaha dirumah dan bisa ngasih makan oranglain dari usaha kecil gue ini. Gue bisa berubah dari anak manja yang selalu ngumpet diketek orangtua jadi orang yang mandiri juga karena status jobless gue itu dan gue ga pernah menyesal sudah mengambil keputusan itu.
Semoga aja bokap juga bisa bangga sama gue walaupun gue belum bisa ngasih apa2 sampai akhir hayat beliau. Bisa ngebanggain orangtua dengan cara gue sendiri udah lebih dari cukup untuk ngebayar semua rasa lelah dan sakit hati atas hinaan orang2 selama ini. Dan buat orang2 yang secara langsung ataupun tidak sudah memandang remeh gue selama ini, gue cuma pengen bilang, try to put yourself in my shoes and let's see, can you survive with that??
salam kenal..
BalasHapusterima kasih atas artikel yang luar biasa dalam berbagi pengalaman hidup....
2minggu yg lalu persis ayahku terbaring sakit. telpon berdering.... namun jarak aku dan ayah ku terlampau jauh....
ahh... mencoba berpikir...
antara pekerjaan dan orang tua....
tak mudah bagiku...
semoga pengalamanmu dapat mencerahkanku.....
ihya_u@yahoo.com
saya cuma berbagi pengalaman pribadi saja, posting ini juga saya peruntukkan untuk diri saya sendiri supaya setelah sukses nanti saya ga lupa akan hal2 yang pernah terjadi saat saya dibawah.
BalasHapuscuma 1 sih pesan saya, kalo kamu kehilangan 1 pekerjaan, kamu masih bisa cari dan menemukan pekerjaan yang lain lagi. tapi saat kamu kehilangan orangtua, kamu ga akan pernah bisa menemukan gantinya. pergunakan baik2 waktu yang masih Tuhan kasih ke kamu untuk bahagiain orangtua kami selagi kamu bisa. :)
Jleb Sangat mengena...
HapusSangat kena mbak
HapusGua salut sama loe,yg loe alami sama dengan yg gua alami sekarang
BalasHapussorry to hear that :(
BalasHapusbtw, orangtua kamu cepat diberikan kesembuhan dan kamu juga tetap diberikan rizki yg cukup. aamiin.
bikin T_T
BalasHapushehe..
aku lagi bingung.. pilih karir di kota A dgn salary yg lumayan, tapi jarang sekali bisa meluangkan wktu tuk org tua. atau karir di kota B dgn salary yg cuma separuhnya, tapi bisa seminggu sekali meluangkan waktu tuk org tua.
kalo itu sih tergantung pilihan kamu sendiri, jangan lupa minta pendapat sama restu orangtua juga sebelum ambil keputusan. kalo emang pilihannya ke tempat yang jauh walau ga bisa sering2 ketemu, at least sering2 telpon nanyain dan kasih kabar ke orangtua biar orangtua juga tenang, saya dulu pas kuliah di luar kota sehari bisa 3-4x telpon/di telpon orangtua.
BalasHapuskeputusannya sudah diambil.. ^^
BalasHapusdan saya skrg di kota A, ada tawaran di kota B yg bikin pengen tapi bikin galau jg..
Good luck buat karier-nya kalo gitu gan.. :)
BalasHapusSemakin yakin dengan apa yang saya fikirkan.
BalasHapusPekerjaan/rezeki masih bisa kita cari pengganti, tapi orang yang kita sayangi tidak ada pengganti nya.
I'll resign..!!
waduh main resign2 aja gan. :/
BalasHapusKalo keluarga sakit, ada atau tidaknya kita kalo takdir mati ya mati. Kalo takdir kehilangan ya kehilangan. Lain halnya dengan kerja, bisa kita perjuangkan agar tidak kehilangan kesempatan menuju jenjang yg lebih tinggi.
BalasHapusfyi, posting ini saya tulis bukan buat ngomporin orang untuk dengan gampangnya mundur dari pekerjaannya.
BalasHapussaya tulis ini semua sebagai pengingat untuk diri saya sendiri kalo saya pernah ngalamin situasi yang buruk dan alhamdulillah saya bisa lewatin semuanya tanpa mengorbankan apapun.
saya harap juga bisa jadi masukan untuk orang2 yang baca blog ini supaya bisa pikir panjang saat mau ambil keputusan, biar bisa pertimbangkan mana yang lebih urgent dan memang harus didahulukan.
saya dulu kerja cuma sebagai freelancer di sebuah bimbel yg baru buka yg gajinya bahkan ga sampe 500rb/bulan.
kalo kamu yang ada di posisi saya saat itu, apa akan tetap bertahan kerja dan mengorbankan permintaan ayah kamu yg lagi sakit keras, yg minta kamu, anak kesayangannya untuk jagain beliau?
bukan bermaksud sombong atau tidak bersyukur, tapi buat saya pekerjaan dengan gaji yg hanya segitu ga lebih berharga dengan waktu yang sama punya untuk ayah saya.
bener kata kamu kalo memang sudah ditakdirkan meninggal ya kita bisa apa. tapi apa kamu akan diem aja dan bisa tenang kerja ninggalin ayah kamu yang selalu mohon2 dirawat sama anak kesayangannya?
saat saya resign, ayah saya sudah 2x serangan stroke dan saat itu mengalami pendarahan lambung. beliau makan hanya lewat selang NGT dari hidung dan nyaris ga bisa bangun dari tempat tidur karena vertigo juga.
saya memutuskan resign setelah ngalamin kejadian yang bikin saya ketakutan setengah mati, pas jaga ayah saya sendirian tiba2 beliau kejang2 ga bisa nafas.
dengan kondisi ayah yg seperti itu, ibu yang kerja sebagai PNS yg jumlah cutinya terbatas, kakak yg udah punya keluarga sendiri yg ke-3 anaknya yg saat itu masih balita semua, dan adik yg baru masuk kuliah dan lagi seneng2nya jadi mahasiswa, siapa lagi yang bisa jaga ayah saya selain saya?
dulu saya juga sering denger komen kayak kamu, yg berpendapat kalo pekerjaan jauh lebih penting dari orangtua. tapi dalam kasus saya, orangtua saya jauh lebih penting dibanding pekerjaan saya saat itu. dan alhamdulillah saya ambil keputusan yang tepat.
saat saya jadi pengangguran saya bisa tau mana orang2 yang tulus sama keluarga saya, saya bisa belajar berwirausaha dan punya usaha dari jerih payah saya sendiri yang alhamdulilllah bisa kasih saya pemasukan 2-3jt/bulan sampe sekarang.
jangan pikir selama saya nganggur saya sama sekali ga coba lamar2 pekerjaan, hampir setiap hari saya kirim lamaran, tapi memang Tuhan yang belum kasih jalan saya untuk kerja lagi.
setelah ayah saya wafat, baru jalan saya untuk dapat pekerjaan seperti dibukakan lagi. walau punya track record lama menganggur dan ga punya banyak pengalaman kerja, alhamdulillah saya sekarang bisa dapat pekerjaan sebagai staf SDM di salah satu PTN-BHMN dengan gaji 3jt/bln.
intinya alhamdulillah dengan status pengangguran saya dulu, selalu saja ada rezeki yang mengalir walau tanpa kerja kantoran dan itu saya yakini karena ridho orangtua saya juga.
kamu punya karir bagus tapi orangtua ga ridho juga percuma kan, jalan karir kamu pasti ga akan mulus tanpa ridho dan doa dari orangtua.
maaf sebelumnya, bukan bermaksud untuk menceramahi, saya hanya share pengalaman pribadi saya saja.
have a good day :)
Terima kasih tulisannya ya. Alhamdulillah bisa membulatkan niat saya untuk ttap bertahan n sabar akan dtgnya rezeki yg lebih krn patuh kpd org tua. Mudah2an kita smua slalu diberi kesehatan. Amin
HapusHal ini sama persis dengan saya,seperti tidak ada yang bisa diajak diskusi dng hal ini..tapi saya membulatkan tekat saya, percaya saja ada jalan Allah untuk rejeki tetapi tentu usaha walaupun berulang kali gagal, semoga indah pada waktunya ..semangat teman teman
HapusSaat ini saya juga galau..,antara usaha di kota perantauan atau usaha dikampung agar bsa merawat dan menjaga ibu mertua saya..,kbtlan beliau dikampung sendirian hanya ditemani keponakan..mohon sharenya y friends..,tks
BalasHapuscoba di diskusikan sama suami aja. karena begitu status kita berubah jadi istri, pendapat yang berhak didengar lebih dulu itu ya pendapat suami.
BalasHapusMaaf sis acha..,kbtlan saya seorg suami..,
BalasHapusKlo istri sangat mendukung untuk pulkam
Dan usaha dikampung..,krna istri sya stunya2nya anak perempuan di klga..,
Dan saya melihat usaha di kota koq krg berkembang..,
Mungkin dengan merawat orang tua akan lebih diberikan kemajuan dalam usaha...,
waduh maaf mas, saya kira cewek. hehe.
BalasHapuskalo menurut saya asal niatnya baik pasti rezeki akan ada aja datangnya walau dari pintu yang ga terduga, apalagi ini niatnya baik merawat orangtua. doa orangtua untuk anaknya tu paling manjur loh. saya udah ngalamin sendiri soalnya.
sekedar saran, kalo mau usaha di daerah harus pinter liat peluang. cari peluang usaha yang masih jarang atau bahkan baru disana. good luck mas buat usahanya, dan semoga ibu mertuanya segera diberikan kesembuhan :)
Salut.
BalasHapusLagi galau nih, kejar karir di perantauan atau mulai karir dari awal tapi dekat dengan ortu
sama broh. admin sekedar berbagi kisahnya, tetap saja pilihan beserta resiko tiap individu sendiri yg nanggung. so, ambil keputusan dan siap2 efeknya. contoh : bagaimana bila kisahnya merawat tidak bisa (walaupun dekat = biaya darimana untuk merawat kalau tdk ada kerjaan sama sekali? ingat : ibunda admin adalah pns jd ada dana walaupun kecil).
Hapusminta pendapat orangtua sih gimana baiknya, sama bantu solat istikoroh juga
BalasHapusKalau kerja ,ga bisa jaga dan bantuin ortu , kalau gak kerja skrg ini lg butuh dana buat nikah, buat kebutuhan ,dll ortu udah pada tua semua, aku anak terkhir, yg lain udah pada nikah jauh2 .kalau ga nyiapin dana dari skrg dapet uang dadakan gmna , bener nikah semampunya ,kalau ga ada pegangan uang bagaimana , ,harus milih yang mana
HapusYakinlah keberhasilan seseorang bukan diukur berapa besar uang yang di dapat dan berapa hebat jabatannya.
BalasHapusTapi seberapa besar iya mengapdi kepada ibu dan bapaknya dan orang disekelilingnya yang membutuhkannya.
Ketika kita telah kehilangan kita baru akan menyadari betapa berharganya orang tua melebihi apapun.
Maka jagalah orang tua Selagi mereka ada..
Makasih nasehatnya sekarang saya baru sadar bahwa harta yang sesungguhnya adalah Orangtua!!!
HapusDulu saya pernah diberatkan oleh dua pilihan: kerja untuk orang tua atau merawat orang tua saya yang sedang sakit keras, dan saya memilih untuk merawat orang tua saya dan saya tidak menyesali keputusan saya.
Kerja bisa dicari
Orang tua takakan terganti!!!
setuju gan. sayangnya masih banyak orang yg nyia2in kesempatan itu.
BalasHapusSaat ini saya merasakan itu gan :'(
BalasHapusi am proud of you... thank you for posting this
BalasHapuscerita mu memberikan solusi atas masalahku sekarang. thanks acha.
BalasHapuscerit lo mirip dgn gw. 3 thn ngnggur. ortu skit. bingung mo ngpein? skill gd. umur 30. kesi inspirsi dunk
BalasHapuslagi sue broh. salah sayu contoh kisah yg jarang dipublikasikan di internet (biasanya yg dipublikasikan yg berhasil,mana bisa yg gagal akan mempublikasikan kisahnya? membuka aib sendiri dan belum tentu punya dana untuk gaul dgn internet).
Hapuslagi sue broh. salah sayu contoh kisah yg jarang dipublikasikan di internet (biasanya yg dipublikasikan yg berhasil,mana bisa yg gagal akan mempublikasikan kisahnya? membuka aib sendiri dan belum tentu punya dana untuk gaul dgn internet).
Hapuspostingan y pas bgt,saya lagi bingung bgt antara kerja atau resign supaya bisa fokus nemenin dan ngrawat ibu yg lagi sakit,,,stlah baca postingan ini sdkit dapat pencerahan,,,bener rejeki udah ada yg ngatur kalau kehilangan pekerjaan msh bisa cari kerjaan lagi tapi ngluangin waktu buat orang yg disayang apalagi orangtua sendiri rasanya itu jauh lebih membahagiakan
BalasHapusSemoga kelak menjadi istri shalihah menyenangkan suami dan menjadi calon penghuni syurga dengan mampu merawat orang tua dalam keadaan sakitnya dan nanti mampu merawat serta mendidik anak dengan tangan sendiri sebagai 'ibu profesional'
BalasHapusSaat ini umur saya 26. Sejak 2011 hingga sekarang baru merasakan 3 pekerjaan yg dijumlah tidak sampai 1 tahun pengalaman. Sisanya jobless tapi tidak untuk buang2 uang, melainkan merawat kedua orangtua saya. Tidak mudah menjalani diantara teman2 & orang di sekitar yg menikmati hidup dengan uang, pekerjaan & liburan. Tapi saya meyakini Allah punya rencana yg lebih baik.
BalasHapusSaia jugaa pengen minta masukan nee antara pekerjaan dan istri. Saia sebagai seorang pegawai di salah satu bank BUMN. Akhir akhir ini saia sering telat masuk kantor karna malam nya saia sering telat tidur soalx istri saia semenjak hamil tdrx agak lama trus di mana lagi kalau pagi saia harus siapkan sarapan buat diri sendiri dan istrix pasti nya abis ngasih sarapan buat istri aku ambilin obat penguat kandunganx abis itu baru bisa siap2 buat ke kantor ke esokan harix di kantor saia kedatangan tamu dari pusat dan saat itu saia kena teguran yg tdk sepantasx dikatakan dpn tmn2 kantor lain. Sampai saat ini kata2 itu msh kebawa dalam pikiranku. Minta masukan nya dong guys krn saat ini saia cmn punya dua pilihan. Tq
BalasHapussangat inspiratif ya sisst blogger nya thx bgt gue jg penh nglamin bgitu tp aq smntra kerja d luar kota klau ada job bgus d dlam kota coba apply biar deket ma ortu, sedih rasanya kalau denger atau tau ortu lagi sakit pas aku kerja di luar kota rasanya pengen resign tapi harus cari2 loker dlu di kampung halaman :) thx y artikelnya jadi pengen nagis :'(
BalasHapusOhhh, itu yg ada di fikiran saya saat ini, orang tua orangtua dan orangtua, ingin rasanya menemani mereka dihari tua nya, ur article make me sad
BalasHapusSetuju. Harus punya pekerjaan kantoran bukan segalanya. Karena orangtua hidup sekali saja, dan adalah pilihan yang sangat mulia untuk memilih berbakti dan merawat orangtua di sisa hidupnya.
BalasHapusKak saya galau, ekonomi keluarga saya lagi krisis. Saya berniat mencari kerja namun tidak di bolehkan orang tua. Sebagai anak tentu ingin membantu walau tak banyak.jadi saya harus bagaimana?. Jika ingin membuka usaha di pikiran saya pasti butuh modal. Saya bingung harus bagaimana.
BalasHapusturuti kemauan ortu, dan lihatlah hasilnya 3 tahun kedepan. baik ortu maupun anda, akan dapat hikmahnya.
Hapusturuti kemauan ortu, dan lihatlah hasilnya 3 tahun kedepan. baik ortu maupun anda, akan dapat hikmahnya.
HapusHay.. Saya seorang pelaut dan berada di luar negara.. Ayah saya sekarang ini lg berbaring di rmah sakit.. Saya anak laki2 paling tua dan paling di sayang sama ayah saya.. Saya jg udah berkeluarga punya anak satu.. Aku minta pendapat kalian semua, apakah aku harus pulang dan ikut merawat ayahku atau ttep nglanjutin berlayar? Karna saya jg ada keluarga yg saya harus hidupin.. Tolong pendapatnya kawan, lg binggung nii. Trimakasih
BalasHapusada yg bilang, restu orang tua adalah utama. saat mereka sudah lanjut usia dan mulai sakit2an, secara manusiawi ortu akan lbh memilih anaknya mendampinginya dibanding tanggungjawab anaknya terhadap keluarga yg baru dia bangun. orang tua yg pengertian terhadap keinginan anaknya, maupun anak yg mau mengerti dan sabar terhadap kemauan ortunya, adalah berkah. but... life not like that bro, tak selalu seperti keinginan kita. so, apapun keputusanmu, diluar efek negatifnya(yg biasanya selalu kita ketahui), tentu ada efek positifnya (yg biasanya belum kita ketahui --->harapan). sama puyengnya kayak gw broh.
Hapusdari kecil gw dididik mandiri, sejak SD sampai smp kalau mau jajan diluar disuruh cari uang sendiri. orang tua sibuk bekerja. ketika lulus smp disuruh sekolah diluar kota(merantau)agar mandiri dan bs cari kerja. lulus stm pengen ngelanjutin usaha keluarga biar bisa kerja di kampung sendiri tapi gak boleh, disuruh kerja merantau keluar kota (biar bisa kaya seperti tetangga2 yg merantau --tidak diperhatikan yg gagal--). setelah bertahun2 jungkir balik sampai menggelandang dirantau, sekarang sudah agak mendingan walaupun pas2an. makan,menikah,dll dengan keringat sendiri(freelance). tapi agak susah majunya. selidik punya selidik dari seringnya ngobrol dngan orang tua....ternyata mereka kurang restu(kurang setuju) gw merantau. lhaah?
BalasHapusCeritanya mirip dgn kehidupan aku saat ini..
BalasHapusAku punya adik tapi saat ini sudah menikah dan tinggal di rumah istrinya.
Sedangkan aku sebagai Abangnya masih blm nikah...
Aku tinggal dirumah bersama ibuku.
Sedangkan ayah ku sudah lama wafat.
Kini aku menjadi pria yg merawat ibuku.
Layaknya seperti wanita.
Dulu aku sempat kerja di salah satu perkantoran meskipun tak lama .
Ketika itu ibuku sering keluar masuk RS terakhir paling lama di RS 2 Minggu.
Bahkan aku ngantor aja turunnya dari RS . Udh kyk penginapan rumah kedua gue.
Dan pada saat ini Alhamdulillah ibuku sudah sehat seperti biasa.
Sudah 4bln aku menjadi pria jobless. Ya yg namanya jobless gak luput dari cibiran tetangga.dan
Selama 4bln itu selalu jauh dari dunia luar. Ya sebelum sebelumnya gue emang gak suka dgn dunia luar. Kecuali pada masa SMP Ama SMA dulu..
Semasa masih jobless dan udh gak kerja di kantor. Aku cuma bisa Nemani ibuku dirumah..
Pada akhirnya aku dapat lowongan dari keluarga. Tapi dgn keadaan lokasi kerja sangat jauh. Dari kota gue ke kota sebelah sekitar 1 jam. Lagian pekerjaan baruku ini hanya bisa pulang 1 thn sekali. Dan ini menjadi faktor yg bikin pikiran aku jadi kacooo. Sambil baring di sopa. Aku mikir (kalo aku kerja gimana mamaku? Sedangkan mamaku sering sakit, bahkan dirumah hanya aku Ama mamaku. Adikku ditempat istrinya. Dia juga mau kerja di PT. Bakalan lama...?
.aku bingung. (Kalo aku gak kerja masa depan ku gimana? Gak mungkin kan sampai tua gini melulu? Sedangkan usiaku sudah menginjak 27thn sudah tak selayaknya seorang pria berusia 27thn tinggal dirumah dgn seorang ibu. Untung saja ibu saya pensiunan . Pensiunan itu buat menyambung nyawa aku dan ibuku.
Tapi gak mungkin aku selalu fokus Ama hasil orangtua . . Jadi saat ini aku masih bingung mau cari orang buat ngerawat ibu dirumah aku gak tega. Bakal jadi pikiran aku bahkan kerjapun bakal gak konsisten. Blm tentu orang lain yg merawat ibuku seperti aku . Bisa jadi pas aku kerja keluar kota dia keasikan Ama HP nya... Nah ini udh pasti. Aku terus terang sama kalian. IBU AKU ITU ORANGNYA POLOS MESKIPUN UDH DI BENCI ORANG TETAP SAJA ORANG YG BENCI SAMA IBU AKU, BEBERAPA HARI KEMUDIAN DI AJAK MAKAN DI RUMAH , TIDAK ADA RASA DENDAM. ntah aku gak tau sifat ibuku kok bisa baik Ama orang yg udh ngejudge di depan orang ramai. Bahkan temen ibuku sampai bilang kyk gini sama ibuku. (KAMU MASIH MAU NERIMA ORANG YG UDH MENCACI MAKI KAMU DI DEPAN ORANG RAMAI? KALO AKU JADI KAMU UDH AKU USIR) ibuku cuma bisa senyum dan berkata. (Biar kan saja. Allah itu maha tahu, Allah gak buta) njiiir dalam hati gue berkata. Ini kalo adik aku yg tau bakal di tonjok dia yg udh bikin malam ibuku. Tapi entah kenapa hati aku juga gak ada rasa dendam dengan orang yg udh ngejudge ibuku, meskipun dia dirumah gue sambil ngeteh dan makan kue, bahkan makan nasi. Jadi ini aku rahasiain dari adikku.. jangan sampai dia tau.
Kembali lagi soal pekerjaan aku .
Dan saat inipun aku masih bingung pilih yg mana. Ibu apa kerja? Semoga Tuhan membuka jalanku.
Minggu ini aku di suruh pak boss jadi tangan kanannya. Tapi aku sudah bilang Ama pak bossku .
Hapus(Pak bukanya aku nolak pekerjaan yang bapak amanahkan untuk saya. Mungkin diluar sana masih banyak orang dgn lulusan serjana yg butuh pekerjaan seperti saya!. Tapi dgn ini aku cuma bisa berkata dengan memberi pengertian bos ku. Alhamdulillah bos aku pun mengerti dengan kondisi aku saat ini. (Faktor orangtua) beliau sering sakit? (Ujar bos ku, sambari aku berkata iya dan mengangguk kepala)bapak mengerti kondisi kamu saat ini. Jika kamu butuh kerja dan sudah mencari orang buat ngerawat ibu kamu, kamu bisa hubungi bapak saja, kesempatan kamu selalu terbuka(ujar bos ku).
Kyk film sinetron hatiku pun berkata (ini bos baik banget!? Padahal baru beberapa bulan dia kenal sama aku! Mungkin ini jawaban Allah untuk aku. Restu orang tua itu mustajab. (Jadi ini yg bikin aku semangat merawat ibuku)
Duh udah lama jarang buka komen jadi numpuk banyak banget komen2nya. mohon maaf sebelumnya kalo saya ga bisa balesin komennya satu2 ya.
BalasHapusUntuk yang masih galau mau kerja tapi berat meninggalkan orangtua yang butuh didampingi, saran saya berdoa minta petunjuk, diskusikan dengan orangtua dan tanya hati sendiri nyamannya gimana. jangan sampai kita udah putuskan merawat orangtua tapi di hati ga sreg nanti malah ga dapet pahala.
masih banyak jalan kok yang bisa dipakai untuk cari penghasilan selain kerja kantoran dan saya juga pernah tulis beberapa posting disini tentang itu semua. monggo kalo mau dibaca siapa tahu bisa membantu.
http://cha2enwe.blogspot.co.id/2013/08/tokopedia-awal-langkahku-di-bisnis.html
http://cha2enwe.blogspot.co.id/2012/12/wirausaha-tanpa-modal-part-1.html
http://cha2enwe.blogspot.co.id/2012/12/wirausaha-tanpa-modal-part-2.html
itu beberapa posting yang pernah saya tulis di masa2 jobless saya, saya jalani sendiri. berwirausaha tanpa modal sepeserpun juga memungkinkan kok, selama niat kita cari rezeki halal pasti akan dimudahin jalannya.
alhamdulillah saat ini saya bekerja sebagai PNS sesuai harapan almarhum ayah saya. pekerjaan saya saat ini juga butuh perjuangan untuk dapetinnya, bisa dibaca di postingan saya juga. walau udah kerja kantoran tapi saya juga masih nerusin online shop saya karena memang lumayan pendapatannya, kadang malah lebih besar pemasukan dari wirausaha saya daripada gaji bulanan saya.
so, buat yang masih galau soal pekerjaan, jangan patah semangat ya!!
Saya seorang fresh graduate. Umur saya 23 th. saya memiliki seorang adik yg masih SMA, namun sekolahnya di luar kota. Saya memiliki seorang ayah, tapi tidak dengan ibu, karena beliau sudah meninggal 7 th yg lalu.
BalasHapusSaya ingin bercerita sekaligus sedikit bertanya kepada siapa saja pembaca komentar saya.
Akhir-akhir ini saya mendapatkan tawaran pekerjaan di salah satu bank di Indonesia yg terletak jauh dari rumah (luar kota). Pekerjaan yg lumayanlah penghasilannya.
Tapi disini masalahnya,
Dulu sebelum ibu saya meninggal, beliau pernah berpesan kepada saya. kalau suatu saat beliau pergi, beliau ingin saya menemani ayah.
Namun, ayah saya menyuruh saya untuk mengambil pekerjaan ini.
Sedangkan saya tau, ayah saya akhir" ini tidak dalam keadaan yg sehat (umur ayah 51 th). Dan adik saya jg bersekolah diluar kota.
Bagaimana tindakan saya sebaiknya menurut teman" sekalian ?
Untuk sekedar informasi, ayah saya ini termasuk orang yg pendiam, terutama masalah penyakit. Beliau tidak akan cerita penyakitnya. Dan bisa bercerita hanya kepada anak"nya saja
Hmm, saya ingin cerita, saya fresh graduate ,waktu itu saya ikut perekrutan suatu perusahaan di sekolah saya dan saya diterima, tpi tempatnya jauh dari rumah, stelah saya masuki trnyata saya tidak nyaman bekerja disini, ingin bekerja ditempat yg dekat rumah dan bertemu orang tua setiap hari pdahal sudah 6 bulan bkerja di disini tpi tetap tdk bisa mnemukan suatu kenyamanan krn jauh dri orang tua dtmbh job saya yg benar2 harus bergerak 9 jam penuh dan gk ada santainya, seandainya mreka dikota yg sama mungkin sya masih bisa mengatasi pekerjaan saya..
BalasHapusTpi jauh dari orang tua benar2 membuat sya tdk bisa bekerja dengan ikhlas krn tdk adanya suatu kenyamanan, jdi seandainya saya kluar dari prusahaan dan mncari pkerjaan di dekat2 rumah apa suatu keputusan yg tepat ? Ato sya hrus tetap bertahan walau tdk merasakan kenyamanan ?
Karier bagus tp Jauh dr Ibu... Dan sekarang hanya punya seorang Ibu.
BalasHapusKeluarga lah segalanya.. karier akan datang dari restu orang tua . Amin
mungkin solusinya dapat dicari dengan istikharah ya sobat, dengerin kata hati, dan diskusikan dengan orang-orang terdekat
BalasHapussaya juga sama.. waktu saya lulus kuliah langsung kerja di salah satu perusahaan ternama di bandung. ada banyak yg ngelamar sekitar ribuan orang dan yg terpilih saya. saat itu setahun lamanya saya kerja namun orang tua saya di kp sakit dan tidak ada yg menjaga mereka kecuali saya.. dan akhirnya dg berat hati saya resign..
BalasHapushari demi hari di lewati.. rasanya kadang ada kesal banget kenapa gk ada yg mau ngejaga orang tua saya. toh saya masih punyq masa depan.. tp saya sadar dan kudu iklas saya percaya suatu saat Alloh pasti akan memberi yg terbaik di balik rencanya aminnn... aminnn
lain lagi dengan hidup saya, semenjak lulus SMA gua lebih dari anak bontot broth; kakak2 gua kerja dan pulang bawa hasil terus nikah, ya gak di pungkiri juga ada kiriman masuk ke rek bonyok gua. sekarang sepeninggal bokap, gua tambah stay di rumah? tapi gua bingung meski gimana nentuin hidup gua; belum punya usaha. cuman ada sawah beberapa petak. sedangkan umur gua udah 24 tahun.. si doi lagi kerja di taiwan. tengsin juga punya pacar lagi kerja sedangkan gua kagak.. maafin gua ya sayang
BalasHapusBlog nya tahun 2013 tpi sampe skrg masih banyak yg curhat disini. Emang ini pilihan hidup yg sulit.
BalasHapusso inspired for me,
BalasHapuslagi ada di kondisi yang sama, bedanya saya sekarang kerja di jakarta dan hampir 3 tahun,
tepat saat nenek saya meninggal saya pulang ke surabaya,melihat kondisi papa yang sakit membuat saya harus menentukan pilihan apakah karir atau pulang ke rumah,
its so hard dan berat banget, tapi saya memutuskan untuk kembali ke surabaya karena waktu bersama dengan orang tua akan lebih berharga di bandingkan mengejar karir yang tak kunjung ada akhirnya,
thanks buat tulisannya :)
Dan hari ini , saya sedang merasakannya
BalasHapuswah benar benar memberi informasi yang bagus. terima kasih sudah berbagi.
BalasHapusmatur nuwun sudah membagi ilmunya, semoga tambah manfaat bagi banyak orang.
BalasHapusIni yang saya alami saat ini, Saya merantau 9 tahun sampe S2 sebulan setelah wisuda bapak saya meninggal, saya tahu waktu menempuh S2 bapak saya sering sakit-sakitan, hingga ia meninggal dunia saya tidak bisa lihat untuk yang terakhir kalinya. Ini penyesalan tiada akhir dan sedih yang berkepanjangan. Saat ini saya merntau lagi seoalah tidak jera tapi setelah pikir panjang sudah saatnya saya bersama ibu dikampung...
BalasHapusPengen sedikit cerita, dan bingung melepas pekerjaan demi keluarga.
BalasHapussuami dari kakak saya meninggal, mama papa saya masih lengkap tetapi sudh tua. kakak saya mulai krepotan seteleah ditinggal suaminya pergi ke surga dari menjalankan usaha dan merawat anak. sekarang saya sudah bekerja di luar kota. tetapi saya diminta bantuan untuk kembali menetap di tempat kelahiran saya dengan keluarga utnuk membantu kakak saya menjalankan usaha. apakah ada saran untuk saya pilih antara bertahan atau kembali ke tempat kelahiran demi keluarga?
Saya sudah ditinggal ayah saya sejak saya kelas 1 sma. Sampai akhirnya ibu saya yang berjuang mengkuliahkan anak anak nya. Kakak saya sudah menikah dan tidak tinggal dirumah ibu lagi. Jadi cuma ibu, saya dan adik saya yg downsyndrom dirumah. Berat rasanya untuk meninggalkan ibu kerja keluar kota atau pun menjadi karyawan biasa dikota yang sama. Banyak juga orang yang bergunjing dengan status saya yang tidak bekerja. Tapi ibu saya selalu mengatakan untuk tidak terpengaruh dengan omongan orang.
BalasHapusSaya meneruskan usaha kecil-kecilan saya dirumah yang udah dimulai dari zaman smp dulu.
Terima kasih atas artikel yang bermanfaat dan bisa mengingatkan banyak orang untuk ingat orang tua.
wah ini sekarang saya juga bingung..
BalasHapusbapak saya sakit stroke..mamah saya sudah tua..saya 4 bersaudara dan saya sendiri anak laki2...adik ke 2 dan ke 3 saya sudah menikah..adik ke 2 kadang sering tidur di rumah kadang di rumah mertua nya..
saat ini saya jobbles ..ada sodara saya yg nawarin kerja di luar kota..dan setahun sekali baru bisa pulang..
tapi bapak saya sakit..
gimana pendapat temen2 semua..
apakah saya merawat bapak saya yg sakit atau tetap lanjut menerima tawaran kerja di luar kota
adik no 3 tinggal di rumah beserta suami nya dan adik no 4 belum menikah..
mohon saran nya
trims
crita saya dapat tawaran kerja sbg desain grafis pd perusahaan kecil CV, hari kedua kerja.... saya bertanya masalah gaji bonus dan tahan ijazah kpd senior melalui WA, gaji 1.8, no bonus dan ijazah ditahan...
BalasHapustrus saya telpon ortu di kampung utk minta pendapat. Saya disuruh mengundurkan diri saja krn perusahaan nahan ijazah pasti ujung"nya bermasalah (pdhal saya sangat suka bekerja disini walaupun hanya sehari)
dan ortu saya menegaskan saya harus ikut cpns agar kelak menjadi pns spt ibu saya..saya harap saya lulus pns agar ortu tidak mikir" lagi masa depan saya
keputusan yg sulit
BalasHapusPas banget ini sama yang saya alamin sekarang kak. Saya sendiri adalah sarjana dari universitas yang cukup ternama di Indonesia. Background saya sendiri aslinya 'wong ndeso'. Dan saya adalah anak terakhir dari 4 bersaudara.
BalasHapusKakak-kakak saya sudah menikah dan bahkan memiliki anak, dan mereka tinggal jauh dari kampung halaman.
Kakak-kakak saya bisa dibilang orang sukses dalam karirnya. Gaji besar, tinggal di jakarta, dan berdasi.
Sementara orang desa pikirannya kalau sudah kuliah pasti kerja kantoran dan gaji gede.
Namun dunia sepertinya sedang tidak bersahabat dengan saya. Pada hari H saya melaksanakan wawancara untuk posisi yang selama ini saya incar, ibu mengalami serangan jantung (untuk pertama kalinya) sehingga saat itu saya mengorbankan wawancara tersebut.
Hingga saat ini saya itungannya masih jobless jika pekerjaan yang dimaksud adalah "orang berdasi".
Sudah bisa menebak kan bagaimana reaksi orang-orang? Mereka (bahkan teman saya sendiri) masih memandang sebelah mata.
Lulusan sarjana, tapi jobless dalam jangka waktu yang lama, serta karir yang tidak jelas.
Kota saya termasuk kota kecil yang minim informasi lowongan pekerjaan, kalaupun ada biasanya ada kriteria yang tak bisa saya penuhi (tinggi badan dan kepemilikan kendaraan bermotor)
Mau disuruh membuka usaha-pun itu bukan passion saya, bukan kemampuan saya.
Sampai pada akhirnya saya memilih untuk menjadi penulis lepas. Hingga saat ini saya ini bekerja sebagai penulis lepas. Gaji saya saat ini masih dibawah UMR, namun saya rasa ini yang terbaik.
Rejeki bisa dicari, tapi ridho orang tua tak bisa
Kita bisa saja kehilangan satu pekerjaan dan mencari lagi yang baru. Namun tidak dengan orang tua.
Mau dibilang "ajal sudah ada yang menentukan", lalu saya harus duduk diam menikmati gaji besar sementara di rumah ibu saya (usianya 60) dalam keadaan sakit dan ayah saya (usianya 68) bekerja keras di sawah?
Saya rasa bisa saja saya membayar orang untuk merawat ibu bapak saya. Namun hati nurani saya menyalahkan itu.
Saya tak sanggup tinggal jauh dari rumah sambil memikirkan bagaimana keadaan Ibu dan Bapak.
senang rasanya bisa baca artikel ini, ya ini terjadi dalam hidupku, baru menyelesaikan pendidikan tapi pikiran sudah terbagi-bagi antara kerja, urus orangtua, kursus, keluar kota,,,,,,hmmmmm dan akhirnya saya memilih jalankan ku untuk kembali ke kampung menjaga orantua,,,,,,, masa bodoh dengan omongan tetangga intinya niat saya tulus.
BalasHapussenang rasanya bisa baca artikel ini, ya ini terjadi dalam hidupku, baru menyelesaikan pendidikan tapi pikiran sudah terbagi-bagi antara kerja, urus orangtua, kursus, keluar kota,,,,,,hmmmmm dan akhirnya saya memilih jalankan ku untuk kembali ke kampung menjaga orantua,,,,,,, masa bodoh dengan omongan tetangga intinya niat saya tulus.
BalasHapusRejeki dan pekerjaan bisa dicari, tpi orang tua tidak bisa di ganti. Tetap semangat mba dan berdoa .
HapusMantap dongo dinongo buat yg ada d artikel ini semoga Allah memberi kesabaran keikhlasan dan kesehatan #istiqomah
HapusSaya juga sedang bingung, saya bekerja di suatu perusahaan baru beberapa bulan. Dan rencana nya saya akan di pindah tugaskan oleh perusahaan saya keluar kota, dan otomatis saya akan jarang bertemu dengan orang tua saya.
BalasHapusPadahal di usia nya yg sudah tua beliau sakit-sakitan, ibu saya juga sudah tua dan mulai sering sakit.
Saya punya seorang adik, tapi tidak mungkin saya menyuruh adik saya untuk menjaga kedua nya.
Terkadang saya berpikir, apakah saya harus keluar dari perusahaan saya ?
Ataukah saya harus tetap berada dekat dengan mereka ?
Tinggalin org tua rsanya gg mampu krn ud tua, gg tinggalin gaji kecil, peluang gaji besar ad tapi di luar kota, bingung.
BalasHapusminta saran nya,
BalasHapussaya anak pertama dari dua bersaudara, umur saya 24 tahun tahun lalu saya bekerja merantau di ibu kota, bulan november lalu ayah saya meninggal karena serangan jantung, ibu saya sangat sedih, murung terus akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke kota kelahiran saya menemani ibu saya tapi setelah 3 bulan menganggur saya tak kunjung ada panggilan kerja . sedangkan di jakarta banyak sekali teman teman yang menawarkan bantuan untuk memberikan pekerjaan dan saya juga masih merasakan ingin kembali ke jakarta karena semenjak kuliah saya sudah merantau jadi saya kurang sekali pergaulan di kota kelahiran saya. Akhirnya saya bertanya dengan ibu saya. apakah saya boleh kembali ke jakarta? dan beliau membolehkan tapi rasanya gak tega meninggalkan beliau sendiri kalau adik saya sedang kuliah atau bekerja. keadaan ibu saya sekarang sudah mulai membaik dan alhamdulillah sehat sejak 6 bulan kepergian ayah saya. mohon bantuan teman teman semua apakah saya harus tetap dirumah atau saya harus kembali bekerja di jakarta ?
Anda juga harus tahu Manfaat Asuransi Kesehatan
BalasHapusSaya juga seperti cerita di atas ... Saya mau kerja tapi orang tua sakit dan harus setiap satu kali seminggu harus ngontrol ... Mau kerja seperti halnya remaja lain tapi di hati saya orang tua saya selalu di hati,disitulah saya harus memilih karir atau orang tua ... Sedangkan saya bingung ... G mana solusinya gan...
BalasHapusmau cerita juga, saya juga mengalami hal serupa, saya anak terakhir dari jaman kuliah ibu dan ayah mulai sakit diabet, bolak balik masuk RS. namun saya masih bisa kerja karena kami bersaudara bergantian jaga hingga beliau sehat , hingga sampai kemarin hal terberat ibu harus di amputasi kakinya. hal yang harus saya pikirkan adalah tetap bekerja karena karir sedang naik atau saya harus merawat ibu (karena saya anak perempuan ibu lebih nyaman ketika mandi atau ganti baju). atau saya harus cari perawat lansia di tambah dengan keadaan harus support membangun kepercayaan dirinya pasca operasi (psikologisnya).
BalasHapustolong pencerahannya kawan...
Ini yang saya rasakan saat ini di lain sisi saya uda dapatkan pekerjaan yg insyaallah Cukup dan di sisi lain ibu saya sendirian di kampung tidak ada yang menemaninya di karenanya kk saya jauh semua.
BalasHapusSaya sekarang sedang merasakannya, saya 7 bersaudara, saya anak ke 6, kka saya dan adik saya telah menikah, saya yg dituntut menjaga orang tua saya, dgn alasan mereka sudah punya kluarga masing2 yg musti di urus. Saya kesal, saya jg ingin punya kerjaan, dan mengurus masa depan saya, saya sudah berusia 27thn,berat rasa nya, tapi saya akan coba ikhlas dgn mengurus org tua saya, saya yakin, dimanapun saya berada, rezeki pasti diberikan kpd saya, sudah waktunya saya membalas orang tua saya walaupun saya tidak mgkn bsa membls dengan apa yg tlah mereka korbankan kepda saya, :'(doakan saya.
BalasHapusSama cm aq 3 bersaudara dan aq sampai saat ini blom bs berpikir cari jodoh karena mengurus ibu yg sakit dan pengangguran
Hapustmn sy jg sdng merawat nenekny yg sakit..sjk kcil hanya hidup b2 skg tdk bkrja utk merawat neneknya yg tdk bs ditinggalkan..mdh2n diberika kesabaran&rejeki yg lebih utk tmn sy..aamiin
BalasHapusTernyata sampai oktober 2019 tetap rame komennya.. semangat semua. Saya pun sedang berada diposisi ini, kerja pun sudah tidak ada gairah. Ingin segera bisa menemani orang tua disisa2 harinya :)
BalasHapusmirip seperti cerita saya pribadi,tpi ibu yg terbaring lemah...sampai akhirnya ibu sdah gk ad....tpi yakin lah sebagian rezeki kita dr Allah itu gk lepas dr doa ortu kita.
BalasHapusAwalnya sedih dengan kondisiku saat ini. Jobless, padahal kuliah tinggi dan banyak juga temen2ku yang sudah sukses. Tapi aku memang memilih menemani ibukku yang pnya stroke. Setelah aku baca kisah ini ak jadi semangat dan yakin. Terima kasih banyak. Semoga km sukses selalu
BalasHapusMantap gan artikel nya ini kisah hampir sama persis yg aq alami klo boleh share saat ini aq masih berusaha merawat ibu q yg sedang sakit yg membuat bimbang nganggur gak punya kerja gak punya penghasilan minta saran apa yg baik buat saya
BalasHapusTerimakasih artikel nya bos admin,
BalasHapusTitip rindu dan doa buat kedua orang tua ku d Riau.
#salamdaripalangkaraya
Terimakasih atekiel ny..ini menjadi motifasi saya..terimakasih
BalasHapusTerimakasih atas ceritanya, begitu menyentuh dan bisa menjadi pelajaran buat semua, semoga bisa menjadi penyemangat hidup kita semua dan tetap dahulukan orang tua dan semoga kita semua diberi keberkahan dan sukses dunia akhirat....Aamiin
BalasHapusKondis skng aku lgi bingung aku di rumah ngagur tpi bisa merawat orang tua apa aku krja di luar kota tpi jauh dari orng tua......
BalasHapusDi sini lain aku SDH puya anak yg harus tanggung jawab gimna baiknya iyaaa...
Ibuku SDH SDH tua dan di rumah sdrian
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSy anak tunggal, ortu di Klaten. Istri anak tunggal, ortu di Jogja. Sy dan istri punya anak satu. Umur sy 33 th. Saat ini sy jg sedang galau, antara memilih pekerjaan baru (dpt fasilitas mobil dan rumah) di Tangerang atau tetap stay di pekerjaan lama di Magelang (rumah domisili sy saat ini di Jogja, tp beda rumah dg mertua). Ortu dan mertua sementara ini sehat2 saja, cm rasa untuk meninggalkan beliau2ini agak berat, pun mereka juga berat untuk melepas kami untuk tinggal di Tangerang.
BalasHapusBaru dan masih mencari solusi atas kondisi sy dan keluarga saat ini...
Thx kalau mau ada yg kasih ide, saran dll
BalasHapus