Tanggal 7 April 2013
lalu pukul 21.25 WIB ayahku tercinta tutup usia setelah mengalami kondisi
koma selama kurang lebih 30 jam. Ini adalah pukulan berat bagi
keluargaku, termasuk aku. Sejak beliau terserang stroke 2 tahun lalu,
akulah yang biasa merawat dan menemani ayahku di rumah setiap harinya.
Kepergian ayahku terasa sangat menyesakkan, karena aku tak ada di sampingnya di saat2 terakhir beliau. Saat aku tiba dan masuk ke ruang high care tempat beliau dirawat, beliau sudah tiada, aku terlambat beberapa menit karena tidak bisa masuk ke ruang perawatan yang dikunci dari dalam. Tak hanya itu, ayahku pergi tepat di hari jadiku dan pasangan. Hari yang di tahun2 berikutnya akan kukenang dalam 2 suasana, suka sekaligus duka.
Kepergian ayahku terasa sangat menyesakkan, karena aku tak ada di sampingnya di saat2 terakhir beliau. Saat aku tiba dan masuk ke ruang high care tempat beliau dirawat, beliau sudah tiada, aku terlambat beberapa menit karena tidak bisa masuk ke ruang perawatan yang dikunci dari dalam. Tak hanya itu, ayahku pergi tepat di hari jadiku dan pasangan. Hari yang di tahun2 berikutnya akan kukenang dalam 2 suasana, suka sekaligus duka.
Jujur
ini adalah posting terberat yang pernah aku tulis. Bukan berat secara
topik tulisan, tapi berat secara beban psikologis karena aku masih
berkabung, dan terlebih karena aku belum sempat menunaikan tugasku
sebagai anak yang bisa membanggakan. Selain itu, di tengah2 suasana duka
ini ternyata ada orang2 terdekat yang malah mendzalimiku. Jika bukan
karena rasa dukaku yang jauh lebih dalam dari sakit hatiku, mungkin aku
sudah melabraknya saat tahu hal itu.
Ia menjelek2kanku di depan temanku yang sudah seperti kakakku sendiri, tepat di malam ayahku meninggal dunia. Ya Tuhan begitu teganya dia. Di saat kami berduka, alih2 dia menunjukkan rasa sedihnya dia malah bergunjing dan memfitnahku. Aku mohon beri aku kesabaran lebih untuk menghadapi ini semua ya Rab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar