Rabu, 28 September 2011

Bersyukur Saat Tertimpa Musibah

Lebaran kemarin gue dapat kesempatan untuk bicara banyak tentang konsep bersyukur dengan seseorang yang sudah gue anggap sebagai abang gue sendiri. Belum lama ini dia baru saja mengalami kecelakaan yang cukup parah, yang menyebabkan tangan kirinya patah. Saat itu dia ingin menghindari pengendara sepeda motor yang berhenti mendadak (abang gue juga pake motor), tapi karena jaraknya cukup dekat, abang gue ga berhasil menghindar dan akhirnya ia menabrak pengendara motor itu.

Dia terpental dari motornya dan menghantam aspal jalanan sedangkan pengendara motor itu juga tersungkur. Motornya rusak parah. Saat itu dia bisa minta ganti rugi dan pertanggungjawaban dari pengendara motor yang sudah di tabraknya karena berhenti mendadak. Tapi dia malah memilih untuk berdamai dan langsung pergi ke RS saat itu juga tanpa meminta pertanggungjawaban sedikit pun.

Si pengendara motor yang memang menyadari kesalahannya langsung meminta maaf sejadi2nya. Tapi abang gue dengan santainya hanya bilang itu bukan siapa2 dan menganggap itu semua adalah musibah. Dia sama sekali juga tidak berniat untuk meminta biaya perbaikan motornya yang rusak parah atau biaya pengobatan tangannya yang patah.

Gue awalnya sedikit bingung. Kenapa dia melepaskan orang yang ditabraknya begitu saja padahal orang itu yang sudah menyebabkannya mendapat celaka, paling tidak seharusnya dia mendapat pertanggungjawaban dari orang itu. Menurutnya dengan orang tersebut minta maaf dan mengakui kesalahannya, itu sudah termasuk salah 1 bentuk pertanggungjawaban yang telah diterimanya. Masalah uang yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan dan perbaikan motor, dia menilai orang itu juga pasti membutuhkannya untuk keperluannya sendiri karena luka2 dan kerusakan yang dialaminya juga parah. Lagipula belum tentu orang tersebut adalah orang berada, seandainya dia minta pertanggungjawaban atas biaya sedangkan orang tersebut ternyata tidak mampu, bukannya itu hanya akan menyusahkannya saja.

Abang gue juga bilang bahwa bisa saja dia mengalami luka2 yang lebih parah mengingat benturan yang dialaminya cukup parah. Dan dengan hanya mengalami patah tangan, dia sudah sangat bersyukur sehingga dia hanya perlu fokus untuk kesembuhan tangannya tanpa perlu mengkhawatirkan hal lain termasuk biaya.

Jujur aja gue salut dengan pemikirannya itu. Dalam keadaan celaka pun dia masih bisa bersyukur. Tapi memang bukankah seharusnya bersyukur tidak hanya dilakukan saat mendapatkan rezeki atau kesenangan saja. Terima kasih untuk abang gue itu yang sudah mengajarkan gue bagaimana harus senantiasa bersyukur dalam segala keadaan, dalam baik ataupun buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar